Saya adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Wajah saya biasa-biasa
saja, tidak jelek juga tidak cantik.. lumayanlah. Umur saya 24 tahun,
tubuh saya juga tidak terlalu proposional. Kakak saya sudah menikah
semua dan saya baru saja melangsungkan pernikahan dua bulan yang lalu
dengan laki-laki pilihan saya. Kami sangat bahagia sekali. Sebulan
sesudah itu gejala-gejala kehamilan nampak dan saya positif hamil dengan
usia kandungan 3 minggu. Suami saya tidak mengetahui kehamilan saya
ini karena suami saya baru pergi ke Semarang untuk keperluan dinas yang
ditugaskan oleh kantornya untuk waktu yang cukup lama, kurang lebih
sekitar 4 sampai 5 bulan. Saya sempat protes keras karena kami baru saja
melangsungkan pernikahan dan saya sedang menikmati keindahan seks yang
selama ini saya bayangkan begitu enak dan sangat indah sekali dan
memang itu semua terbukti, seks begitu enak, menyenangkan dan sangat
indah sekali.
Kejadian ini terjadi ketika saya memeriksa
kandungan saya ke dokter kandungan yang terkenal di kota saya. Saya
tidak mengetahui kalau dokter itu adalah teman SMP saya, saya baru
sadar ketika Hendra menyapa saya, "Maureen.. kamu Maureen kan..?"
sapanya.
"Iya.." kata saya.
"Masa kamu lupa dengan saya.. saya ini Hendra", sahutnya lagi.
"Hendra.. mm.. ohh.. yah saya ingat kamu kan yang dulu sekolah di SMP*** (edited) itu bukan..?" jawabku.
"Iya bener sudah inget sekarang..?" katanya lagi.
"Iya.. iya.. hebat yah sekarang kamu sudah jadi dokter yang terkenal", kata saya lagi.
Singkat
cerita saya sudah berbaring siap untuk di periksa dan Hendra pun sudah
bersiap dengan sarung tangan karet dan peralatan lainnya yang tidak
saya ketahui namanya. Hendra mulai memegang dan menekan-nekan perut
saya, saya hanya merasa kegelian saja sampai suatu ketika Hendra
menyentuh secara tidak sengaja ke payudara saya dan secara refleks
tangan saya menepisnya, tampak wajah Hendra merah dan beberapa kali
meminta maaf kepada saya.
"Tak.. apa-apa Hen saya tau kamu tidak
sengaja", kata saya padahal saya sangat senang sekali karena sudah
lama saya ingin berhubungan badan, sudah dua minggu saya tidak
melakukannya. Lalu saya bertanya kepadanya, "Hen kalo misalnya dalam
usia kandungan tiga minggu saya melakukan hubungan badan apakah tidak
mengganggu janin dan keadaan saya..?" tanya saya. "Ohh.. tidak apa-apa
asal tidak merasakan sakit dan rileks saja nikmati semuanya dan yang
penting harus..(dia begitu menekankan kata harus) hati-hati sekali agar
tidak menggangu janin", kata Hendra.
Lalu dia mulai melihat
keadaan liang kewanitaan saya karena saya mengeluh sering keluar lendir
putih, saya tahu ini bukan tempatnya, seharusnya saya ke dokter kulit
dan kelamin tapi tidak apa-apa deh siapa tahu dia mengerti sedikit
banyak tentang hal itu, sewaktu dia menyentuh liang kemaluan saya
terasa sangat enak sekali, tiba-tiba saja keinginan untuk melakukan
hubungan seks kembali menggebu dan ketika dia memasukkan alat yang saya
tidak tahu namanya ke dalam liang senggama saya, terasa sangat enak
sekali dan saya sempat mendesah sedikit entah terdengar apa tidak oleh
Hendra.
Hendra mencabut alat itu dengan cepat saya tahan karena
saya sangat menikmatinya dan saya mulai menggoyang-goyangkan tangan
Hendra ke liang senggamaku, tampak wajahnya terheran-heran dan memerah,
tampak juga keringatnya keluar. Lalu saya bertanya, "Hen kok..
mendadak kamu begitu tegang sekali, tolong Hen puaskan saya Hen, tolong
soalnya saya sudah dua minggu tidak melakukannya.. kamu mau kan Hen.."
tanya saya kepada Hendra, dia tidak menjawab hanya terdiam saja,
tampak wajah merahnya dan keringatnya begitu deras.
"Hen.. Hen.. kamu tidak apa-apa..?" tanya saya.
Hendra
mulai menjawab dengan tersendat-sendat, "Ti.. ti.. ti..dakk aa..ku
tidak apa-apa..!" katanya tapi wajahnya yang tegang, keringatnya tidak
dapat ia sembunyikan.
Lalu saya bertanya lagi, "Hen.. kamu mau kan
puaskan saya, saya ingin sekali Hen.. saya sudah lama tidak
melakukannya", pinta saya kepada Hendra, ia masih tersendat-sendat lalu
berkata, "Tapi Reen.. saya tidak bisa", jelas Hendra, saya mulai
melirik kejantanannya. Wah.. ternyata sudah tegang, lalu saya
remas-remas untuk memberinya rangsangan. Hendra mulai menikmatinya dan
dia pun mulai berani menggoyangkan tangannya di liang kewanitaan saya,
sayaa pun mulai mendesah karena merasa enak dan melayang.
Hendra
mulai mencium saya dan lidah kami saling hisap lalu saya buka
reitsleting celananya dan baju dokternya saya buka. Hendra tidak
terlalu susah saat membuka baju saya karena baju saya telah dibuka oleh
Hendra sebelumnya sewaktu memeriksa saya tadi, tinggal membuka bra
saya saja, yang tidak saya sangka Hendra sudah membenamkan wajahnya di
liang kewanitaan saya. "Ohh.. ohh.. sungguh enaknya", desah saya,
Hendra tampak asyik memainkan klitoris saya dan tangannya tidak
ketinggalan memainkan puting dan payudara saya.
Setelah puas
lalu giliran saya mengulum batang kemaluannya yang lumayan besar
(kenapa saya sebut besar karena saya tidak mengetahui besarnya kemaluan
pria, yang saya tahu hanya punya suami saya) mulai dari menjilat
hingga menghisapnya. Hendra sangat menikmati sekali hisapan saya, yang
terdengar hanya desahan nikmat, "Ssstt.. ahh.. emm.. ohh.. enak sekali
Maureen enak.. kamu sungguh pinter sayang.. ohh.." tak ketinggalan
tangannya memainkan liang kewanitaan dan puting susu saya, jempol dan
jari telunjuknya memainkan klitoris saya sedangkan jari tengahnya
masuk, karena makin lama semakin cepat Hendra memainkan jari tangannya,
saya pun sudah mau keluar dan tak lama dari itu saya berteriak, "Hen..
ohh.. sstt.. saya keluarr.. Hen.. ohh enak sekali.." tanpa sadar saya
menggit batang kemaluan Hendra karena saya bagai tak sadarkan diri,
Hendra pun berteriak keras sekali, "Aaawww.. sakit", "Sorry.. sorry..
saya tidak sengaja", saya pun tak bisa menahan tawa saya.
Lalu
kami melanjutkan kembali permainan seks kami. "Hen.. masukkan sekarang
saja, saya sudah tidak tahan lagi.." lalu dengan bimbingan saya, saya
mulai mengarahkan batang kemaluannya ke pintu liang kewanitaan saya
yang sudah basah oleh cairan dan ludah Hendra itu hingga membuat liang
kewanitaan saya licin. Lalu Hendra menempelkan kepala kemaluannya ke
pintu kewanitaan saya yang tampak merah, dia mulai mengayunkan
pantatnya ke depan tapi aneh sekali tidak bisa masuk entah karena
terlalu licin atau memang punya Hendra terlalu besar, dia mulai membuka
bibir kemaluan saya dengan kedua tangannya, dengan begitu lubang
kewanitaan saya terbuka lebar dan dia mulai mengarahkan batang
kemaluannya, dengan satu sentakan saja batang kemaluannya sudah masuk.
"Aduhh..
sakit Hen.." lalu Hendra mengambil sesuatu seperti cairan atau minyak,
saya tidak mengetahuinya secara jelas dan Hendra pun mulai
menggerakkan pantatnya maju mundur. "Ooohh.. uuhh.. hhmm.. sstt.."
desahku. "Ayo terus sayang.. terus.. oohh.. kamu pinter.. Hen terus..
Hen.. terus sayang.. oohh.." Hendra pun kelihatannya tidak mau kalah,
dia terus mendesah keenakkan, "Ooohh.. liang kewanitaan kamu masih
sempit yah.. oohh.. enak sekali.. uuhh.. terus goyangkan pinggul kamu
Reen.. terus sayang.. oohh.. sstt.."
Tak lama kemudian saya
hendak keluar lagi. "Hen.. cepat.. Hen.. goyang lebih cepat lagi..
lebih cepat Hen.." dan, "Ooohh.. Hen.. saya keluuarr lagi.." saya
mendesah panjang dan mengejang untuk beberapa saat sambil kakiku
dilingkarkan di perutnya. Hendra pun mencabut batang kemaluannya dan
bertanya pada saya, "Reen kamu sudah pernah melakukan anal belum..?"
tanya Hendra. "Belum pernah.." jawab saya, "Habis kelihatannya sakit
sich", lanjutku. "Ohh yah sudah nggak apa-apa kalau begitu kita rubah
yah dengan dogdy style", bisiknya.
Lalu saya menungging dan
Hendra mulai menusukkan batang kemaluannya dan sekarang ini kelihatannya
Hendra tidak mengalami kesulitan untuk memasukkan batang kemaluannya,
tampaknya Hendra sudah mau keluar karena goyangannya begitu cepat dan,
"Ooohh.. aahh.. sstt.. uuhh.." Hendra pun menyemprotkan air maninya ke
dalam liang kewanitaan saya, tak lama kemudian saya pun keluar untuk
ketiga kalinya dan kami pun terkulai lemas bersamaan dengan datangnya
kenikmatan yang tiada tara ini. Batang kemaluan Hendra masih terbenam di
dalam liang kewanitaan saya.
Sesudah batang kemaluan Hendra
mengecil saya melakukan kembali oral kepadanya, membersihkan sisa-sisa
air mani dan cairan yang saya hasilkan dan kami pun berbenah diri sambil
membersihkan diri. "Hen.. terima kasih yah.. kamu sudah memuaskan saya
kamu hebat Hen." Hendra pun mengucapkan terima kasih kepada saya
karena dia telah dipuaskan oleh saya. Hendra lalu menuliskan resep
untuk saya, sewaktu saya hendak membayarnya dia menolak dengan alasan
yang tadi itu sudah merupakan bayaran yang sangat mahal katanya. "Kalau
begitu.. yah sudah", pikir saya. Saya pun pulang dan sewaktu saya
melewati ruang tunggu ada beberapa pasien yang menunggu, rupanya tadi
saya bercinta dengan Hendra cukup lama dan saya baru menyadarinya,
"Ah.. cuek saja", pikir saya. Saya sering bercinta dengan Hendra sejak
waktu itu tetapi sesudah suami saya pulang saya tidak pernah bercinta
lagi dengannya.
Jika dari para pembaca ada yang ingin berkenalan silakan kontak saya.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar