Selasa, 26 Februari 2013

ana yang binal


Ana meletakkan bayinya di atas boks, lalu dia sendiri rebah di atas sofa di ruang tengah, merasa agak sedikit kelelahan. Suaminya, Roy, bilang padanya kalau ada seorang sahabat lamanya yang akan datang dan menginap di akhir pekan ini, jadi disamping mengurus bayinya, dia mempunyai sebuah pekerjaan tambahan lagi, menyiapkan kamar tamu untuk menyambut tamu suaminya itu. Pikirannya melayang pada sang tamu, sahabat suaminya yang akan datang nanti, Jodi.

Jodi adalah sahabat lama suaminya saat kuliah dulu. Dia cukup akrab dengan mereka. Ana sudah cukup mengenal Jodi, lebih dari cukup untuk menyadari bahwa hatinya selalu berdesir bila bertatapan mata dengannya. Sebuah perasaan yang tumbuh semakin besar yang tak seharusnya ada dalam hatinya yang sudah terikat janji dengan Roy waktu itu. Dan perasaan itu tetap hidup di dasar hatinya hingga mereka berpisah, Ana akhirnya menikah dengan Roy dan sekarang mereka mempunyai seorang bayi pria.

Ada sedikit pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya. Di satu sisi meskipun dia dan suaminya saling menjunjung tinggi kepercayaan dan berpikiran terbuka, tapi dia tetap merasa sebagai seorang istri yang wajib menjaga kesucian perkawinan mereka dan kesetiaannya pada sang suami. Tapi di sisi lain Ana tak bisa pungkiri bahwa ada rasa yang lain tumbuh di hatinya terhadap Jodi hingga saat ini. Seorang pria menarik berumur sekitar tiga puluhan, berpenampilan rapi, dan matanya yang tajam selalu membuat jantungnya berdebar kencang saat bertemu mata. Sosoknya yang tinggi tegap membuatnya sangat menawan.

Ana seorang wanita ayu yang bisa dikatakan sedikit pemalu dan selalu berpegang teguh pada sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli tubuhnya setelah melahirkan. Mungil, payudara yang jadi sedikit lebih besar karena menyusui dan sepasang pantat yang menggoda. Rambutnya lurus panjang dengan mata indah yang dapat melumerkan kokohnya batu karang. Semua yang ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenisnya meskipun dia tak pernah menunjukkannya.

Ah… seandainya saja dia mengaenal Jodi jauh sebelum suaminya datang dalam kehidupannya!

Ana pejamkan matanya mencoba meredam pergolakan dalam hatinya dan hati kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya. Vaginanya terasa bergetar akibat membayangkannya dan saat dia menyentuh dirinya sendiri yang masih terhalang celana jeansnya, sebuah ombak kenikmatan menerpa tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat melepas kancing celananya lalu menurunkan resleitingnya. Tangannya menyelinap di balik celana dalam katunnya yang berwarna putih, melewati rambut kemaluannya hingga sampai pada gundukan daging hangatnya. Nafasnya terasa terhenti sejenak saat jarinya menyentuh kelentitnya yang sudah basah, membuat sekujur tubuhnya merasakan sensasi yang sangat kuat.

Dia terdiam beberapa waktu. Roy pulang 2 jam lagi, dan Jodi juga datang kira-kira dalam waktu yang sama. Kenapa tidak? Dia tak bisa mencegah dorongan hati kecilnya. Toh dia tak menghianati suaminya secara lahiriah, hanya sekedar untuk memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih dari cukup, sisi lain hatinya mencoba beralasan membenarkan kobaran gairahnya yang semakin membesar dalam dadanya.

Ana menurunkan celana jeansnya dan mengeluarkan kakinya satu persatu dari himpitan kain celana jeansnya. Melepaskan celana dalamnya juga, lalu dia kembali rebah di atas sofa. Dari pinggang ke bawah telanjang, kakinya terbuka. Pejamkan matanya lagi dan tangannya kembali bergerak ke bawah, menuju ke pangkal pahanya, membuat dirinya merasa se nyaman yang dia inginkan.

Dia nikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan Jodi sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat. Ana tak pernah berselingkuh selama ini, membayangkan dengan pria lain selain Roy saja belum pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang ada sesuatu dari pria ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.

“Ups! Maaf!” terdengar sebuah suara. Matanya langsung terbuka, dan dia tercekat. Dia melihat bayangan seorang pria menghilang di sudut ruangan. Dia baru sadar kalau dia sudah melakukan masturbasi selama lebih dari 10 menit, dan dia benar-benar tenggelam dalam alam imajinasinya hingga tak menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam rumah. Dan dia sadar kalau bayangan pria itu adalah Jodi, dengan terburu-buru dia mengambil pakaiannya dan segera memakainya lagi.

“Mafkan aku Ana,” kata Jodi, “Nggak ada yang menjawab ketukanku dan pintunya terbuka.” dia berada di sudut ruangan jauh dari pandangan, tapi dia sudah melihat banyak! Pemandangan yang disaksikannya saat dia memasuki ruangan ini membakar pikirannya. Istri sahabatnya berbaring dengan kaki terpentang lebar di atas sofa itu, tangannya bergerak berputar pada kelentitnya. Pahanya yang lembut dan kencang tebuka lebar, rambut kemaluannya yang hitam mengelilingi bibir vaginanya. Penisnya mengeras dengan cepat dalam celana jeansnya.

“Nggak apa-apa,” jawab Ana dari ruang keluarga, “Kamu boleh masuk sekarang.” dia sudah berpakaian lengkap sekarang, dan dia berbaring di atas sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak tangannya. “Aku sangat malu.” katanya kemudian.

“Ah, kita semua pernah melakukannya, Ana!” jawab Jodi. Dia berdiri tepat di samping Ana, seperti ingin agar Ana dapat melihat seberapa A?a,?EskerasnyaA?a,?a"? dia. Dia tak dapat mencegahnya, wanita ini sangat menggoda. Dia merasa kalau dia ingin agar wanita ini bergerak padanya!!!

“Tetap saja memalukan!” katanya, menyingkirkan tangannya dari wajahnya. Vaginanya berdenyut sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan orgasme tadi! Sebuah desiran yang lain terasa saat dia melihat tonjolan menggelembung pada bagian depan celana Jodi. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya, tapi masih saja pria ini memergokinya. Sekarang Jodi menjadi lebih terbakar lagi, ini lebih dari cukup.

“Nggak ada yang harus kamu permalukan, setidaknya itu pendapatku setelah apa yang sudah aku lihat tadi!” katanya tenang. Ana menatapnya penuh dengan tanda tanya. “Aku jadi benar-benar terangsang melihatmu seperti itu,” dia menjelaskan, “Sebuah perasaan yang belum pernah ku alami sebelumnya.” kata-katanya, adalah kenyataan bahwa dia sangat menginginkannya, membuat Ana semakin basah. Dia menyadari betapa istri sahabatnya ini A?a,?EstertarikA?a,?a"? akan perkataannya tersebut dan Jodi memutuskan untuk lebih menekannya lagi.

“Lihat akibatnya padaku!” katanya, tangannya bergerak mengelus tonjolan pada bagian depan celananya. Ini masih dalam batas yang bisa dikatakan A?a,?EswajarA?a,?a"?, belum ada batas yang dilanggar. Saat Jodi melihat A?a,?EsnodaA?a,?a"? basahnya di atas permukaan sofa itu dan mata Ana yang tak berpaling dari seputar pinggangnya, Jodi memutuskan akan melanggar batas tersebut.

Ana hanya melihat dengan diam saat sahabat suaminya ini membuka kancing dan menurunkan resleiting celananya. Ana tak bisa mengingkari bahwa dia menjadi lebih terangsang, dan dia tak menemukan kata yang tepat untuk mencegah pria ini. Dan saat dia menyaksikan pria di depannya ini memasukkan tangannya dalam celana dalamnya sendiri, vaginanya terasa semakin basah. Jodi mengeluarkan penis kedua dalam hidup Ana yang dilihatnya secara nyata, disamping penis para bintang film porno yang pernah dilihatnya bersama suaminya dulu. Nafas Ana tercekat, matanya terkunci memandangi penis dihadapannya. Dia belum melihat keseluruhannya, dan ini benar-benar sangat berbeda dengan milik suaminya. Tapi ternyata A?a,?EsperbedaanA?a,?a"? itulah yang semakin membakar nafsunya semakin lapar.

“Suka apa yang kamu lihat?” tanyanya pelan. Ana mengangguk, memberanikan diri memandang ke atas pada mata Jodi sebelum melihat kembali pada penisnya yang keras. Jodi mengumpat betapa beruntungnya sahabatnya. Dia ucapkan sebuah kata.

“Sentuhlah!”

Ragu-ragu, dengan hati berdebar kencang, Ana pelan-pelan menyentuh dengan tangannya yang kecil dan melingkari penis pria di depannya ini dengan jarinya. Penis pertama yang dia pegang dengan tangannya, selain milik suaminya, dalam enam tahun belakangan. Perasaan dan emosi yang bergolak di dadanya terasa menegangkan, dan dia inginkan lebih lagi. Jodi melihat penisnya dalam genggaman tangan istri sahabatnya yang kecil, dan dia hanya melihat saat Ana pelan-pelan mulai mengocokkan tangannya.

Terasa sangat panas dan keras dalam genggaman tangannya, dan Ana tak dapat hentikan tangannya membelai kulitnya yang lembut dan berurat besar itu. Jodi bergerak mendekat dan membuat batang penisnya menjadi hanya beberapa inchi saja dari wajah Ana.

Jodi menyentuh tubuh Ana, tangannya meremas pahanya yang masih terbungkus celana jeans. Tanpa sadar Ana membuka kakinya sendiri melebar untuknya, dan tangan Jodi bergerak semakin dalam ke celah paha Ana. Terasa desiran kuat keluar dari vaginanya saat tangan Jodi mulai mengelusi dari luar celana jeansnya, Ana menggelinjang dan meremas penisnya semakin kencang.

Dengan tangannya yang masih bebas, dipegangnya belakang kepala Ana dan mendorongnya semakin mendekat. Ana tak berusaha berontak. Matanya masih terpaku pada penis Jodi, dia menunduk ke depan dan dengan lembut mencium ujung kepalanya. Lidahnya terjulur keluar dan Ana kemudian mulai menjilat dari pangkal hingga ujung penis barunya tersebut.

Sekarang giliran Jodi, tangannya bergerak melucuti pakaian Ana. Ana yang sedang asik dengan batang keras dalam genggaman tangannya tak menghiraukan apa yang dilakukan Jodi. Diciumnya kepala penis Jodi, menggodanya seperti yang disukai suaminya (hanya itulah seputar referensi yang dimilikinya).

Tangan Jodi menyelinap dalam celana dalam Ana, tangannya meluncur melewati rambut kemaluannya. Ana melenguh pelan saat tangan Jodi menyentuh kelentitnya. Dia membuka lebar mulutnya dan memasukkan mainan barunya tersebut ke dalam mulutnya, lidahnya berputar pelan melingkari kepala penis dalam mulutnya. Jodi mengerang, merasakan kehangatan yang membungkus kejantanannya. Dia menatapnya dan melihat batang penisnya menghilang dalam mulut Ana, bibirnya mencengkeram erat di sekelilingnya dan matanya terpejam rapat.

Jodi menjalankan jarinya pada kelentit Ana, menggoda tombol kecilnya, mulut Ana tak bisa bebas mengerang saat tersumpal batang penis Jodi. Dorongan gairah yang hebat membuat Ana semakin bernafsu mengulum naik turun batang penis Jodi. Pinggulnya dengan reflek bergerak memutar merespon tarian jari Jodi pada kelentit sensitifnya.

Jari Jodi mengeksplorasi lubang hangatnya Ana, membuat lenguhannya semakin sering terdengar dalam bunyi yang aneh karena dia tak juga mau melepaskan mulutnya dari batang penis Jodi. Ana tak lagi memikirkan apa yang dia perbuat, dia hanya mengikuti nalurinya. Ini benar-benar lain dengan dia dalam keseharian, sesuatu yang akan membuat suaminya mati berdiri bila dia melihatnya saat ini. Semuanya meledak begitu saja. Sesuatu yang dimiliki pria ini yang membuka pintu dari sisi lain dirinya dan Jodi sangat menikmati perbuatannya. Masing-masing masih tetap asik dengan kemaluan pasangannya. Dan Ana menginginkan lebih dari ini. Mereka berdua menginginkan lebih dari sekedar begini.

Ana menelan seluruh batang penis Jodi, menahannya di dalam mulutnya untuk memenuhi kehausan gairahnya sendiri. Hidungnya sampai menyentuh rambut kemaluan Jodi, ujung kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokannya, hampir membuatnya tersedak.

Jodi mengeluarkan tangannya dari balik celana dalam Ana yang membuatnya sedikit kecewa, ada sesuatu yang terasa hilang. Diraihnya tepian celana jeans Ana dan dengan cepat Ana mengangkat sedikit pantatnya dari atas sofa, yang mau tak mau membuatnya melepaskan batang penis itu dari mulutnya, dan mempermudah sahabat suaminya ini melepaskan celananya dari kakinya yang halus.

Nafasnya tercekat, dada terasa berat saat dia melihat Jodi menarik celana dalamnya. Dengan sedikit memaksa dia menurunkannya melewati kakinya dan Ana menendangnya menjauh dari kakinya sendiri. Membantu Jodi menelanjangi tubuh bawahnya. Jodi sekarang berlutut di lantai dan menatap takjub pada segitiga menawan dari rambut kemaluan Ana.

Dia menyentuh vagina Ana dengan tangan kirinya, menjalankan jari tengahnya pada kelentitnya sambil tangan yang satunya menggenggam batang penisnya sendiri.

Ana mendesah pelan, pinggulnya bergetar. Matanya terpejam rapat, dia sangat meresapi rasa yang diberikan selangkangannya. Jodi mengoleskan kepala penisnya pada pipi dan hidung Ana. Saat sampai di mulutnya, Ana membuka mulutnya segera dan Jodi langsung mendorong penisnya masuk.

Tangannya yang kecil menggenggam buah zakarnya dan Ana membuka matanya perlahan saat dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun pada batang penisnya. Jodi semakin melesakkan jarinya ke dalam vagina Ana, membuat Ana memejamkan matanya lagi, mengerang. Vaginanya terasa sangat basah! Jarinya bergerak di seluruh rongga lubang itu, bergerak keluar masuk saat ibu jarinya mengerjai kelentit Ana.

Kini, celana jeans dan celana dalam Jodi sudah jatuh merosot di atas lantai, Jodi menarik penisnya keluar dari mulut Ana dan langsung menendang pakaian bawahnya menjauh. Dia menunduk, tangannya bergerak ke bawah bongkahan pantat Ana, mengangkatnya dari atas sofa agar bagian bawah tubuh istri sahabatnya ini lebih terekspose ke atas. Ana meraih penisnya dan segera memasukkannya kembali ke dalam mulutnya. Jodi mendekatkan kepalanya pada daging nikmat Ana.

Masih tetap menahan pantat Ana ke atas, mulutnya mencium bibir vagina Ana, mencicipi rasa dari istri sahabatnya untuk pertama kalinya. Mulut Ana langsung mengerang merespon, sejenak menikmati sensasi yang diberikan Jodi sebelum kembali meneruskan A?a,?EspekerjaanA?a,?a"? mulutnya. Lidah Jodi melata pada dinding bagian dalam dari vagina Ana, menjilati sari buah gairah yang dikeluarkannya.

Ana merasa bibir Jodi menjepit tombol sensitifnya dan lidahnya bergerak pelan pada sasarannya. Erangan semakin tak terkendali lepas dari mulutnya akibat perlakuan Jodi kali ini. Batang penisnya terlepas keluar dari cengkeraman mulut Ana. Jodi semakin menaikkan pantat Ana, menekan vagina Ana pada wajahnya dan lidahnya semakin bergerak menggila.

Jantung Ana serasa mau meledak, nafasnya terasa berat… sangat dekat…

Jantungnya berhenti berdenyut, orgasmenya datang. Pinggulnya mengejat di wajah Jodi dengan liar. Ana merasa jiwanya melayang entah kemana! Pria ini memberinya sebuah oral seks terhebat yang pernah didapatkan dalam hidupnya!

Akhirnya, Ana kembali ke bumi. Jodi melepaskan pantatnya, mengangkat kepalanya dari selangkangan Ana. Batang penisnya terasa sangat keras, dan nafasnya terdengar memburu tak beraturan. Ana pikir dia tak mungkin dapat menghentikan pria ini sekarang meskipun dia menginginkannya. Jodi naik ke atas sofa, menempatkan dirinya diantara paha Ana, yang tetap Ana biarkan terbentang lebar hanya untuknya.

Terlintas dalam pikirannya jika dia tetap meneruskan ini terjadi, milik Jodi adalah penis kedua yang akan memasuki tubuhnya dalam hidupnya. Sedikit gelembung rasa bersalah melayang dalam benaknya. Yang dengan cepat meletus menguap saat ujung kepala penis Jodi menyentuh bibir vaginanya, membuat sekujur tubuhnya seakan tersengat aliran listrik.

Dengan perlahan Jodi memasukkan penisnya menembus ke dalam tubuh Ana. Pada pertengahan perjalanannya dia menghentikan sejenak gerakannya, menikmati gigitan bibir vagina Ana pada batang penisnya dan tiba-tiba dia menghentakkan kedalam dengan satu tusukan. Dinding vaginanya terbuka menyambutnya, dan pelan-pelan Ana dapat merasakan dirinya menerima sesuatu yang lain memasuki tubuhnya kini. Tubuhnya merinding, perasaan menakjubkan ini merenggut nalarnya.

Jodi mengeluarkan separuh dari batang penisnya dan menghujamkannya kembali seluruhnya ke dalam vagina Ana.

Erangan keduanya terdengar saling bersahutan dan Jodi menahan penisnya sejenak di dalam vagina Ana, meresapi sensasinya. Manahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya, dia menatap ke bawah pada istri sahabatnya ini sambil menggerakkan penisnya keluar masuk dalam vagina Ana dengan gerakan lambat.

Ana pejamkan matanya, mendesah lirih saat dia rasakan kejantanan Jodi keluar masuk dalam tubuhnya. Jodi melihat batang penisnya menghilang lalu muncul kembali dalam daging hangat basah milik Ana lagi dan lagi, dan gerakannya perlahan semakin cepat. Nafas keduanya semakin berat, Jodi bergerak semakin cepat, Ana menggelinjang, mengerang, kakinya terangkat keatas.

Kedua kakinya akhirnya jatuh dibelakang pantat Jodi yang mengayun keluar masuk. Tubuh Jodi menindih tubuh kecil wanita di bawahnya saat dia mengocok vaginanya semakin keras. Dia menciumi leher Ana, dan menghisap lubang telinganya dengan mulutnya, erangan keduanya terdengar mengiringi setiap gerakan tubuh mereka.

Lengan Ana melingkari tubuh Jodi, kukunya tertancap pada punggung Jodi saat kakinya terayun-ayun oleh gerakan pantat Jodi. Mulut Ana menyusuri leher Jodi, mencari bibirnya. Saat bibir mereka bertemu, mereka berciuman untuk pertama kalinya. Lidah Ana merangsak masuk ke dalam mulut Jodi mengiringi batang penisnya yang menggenjot tubuhnya berulang-ulang. Bibir keduanya saling melumat, saling mengerang dalam mulut masing-masing di atas sofa di ruang tengah itu. Sofa itu sedikit berderit akibat gerakan Jodi yang bertambah liar.

Ana dapat merasakan orgasmenya mulai tumbuh, dan dia menghentikan ciumannya, tak mampu menahan erangannya lagi. Mulut mungilnya mengeluarkan erangan yang sangat keras dan semakin keras saat penis keras Jodi semakin melebarkan vaginanya dan Jodi memasukinya bertambah dalam.

Seorang pria baru! Ana tak pernah melakukannya dengan pria lain selain Roy sebelumnya dan pria baru ini melakukannya dengan sangat hebat! Semuanya terasa bergerak cepat. Orgasmenya meledak, Ana mencoba menahan erangannya dengan menggigit bibir bawahnya. Dinding-dinding vaginanya berkontraksi mencengkeram batang penis pria baru ini dengan kuat, dan Ana menghentakkan pinggulnya keatas berlawanan dengan gerakan Jodi di atas tubuhnya, berusaha agar batang penis Jodi tenggelam semakin dalam pada tubuhnya saat ombak orgasme mengambil alih kesadarannya.

Jodi memandangi Ana saat dia dilanda orgasme, masih tetap mengocok penisnya dengan kecepatan yang dia mampu. Dia tak menyangka wanita pemalu dan pendiam ini akan begitu mudah ditaklukannya! Dia merasakan miliknya juga segera tiba, gerakannya semakin dipercepat.

Dalam beberapa tusukan kemudian, dan lalu meledaklah. Sejenak setelah orgasme Ana mereda, orgasme Jodi datang.

Tusukan terakhirnya membuat penisnya terkubur semakin jauh dalam vagina Ana. Dia menggeram, penisnya berdenyut hebat. Semburan demi semburan yang kuat keluar dari ujung penisnya mendarat dalam rahim Ana seakan tanpa jeda.

Ana menggoyangkan pantatnya naik ke atas, memeras semua sperma dari penis Jodi. Jodi tak bisa menahan tubuhnya lebih lama, dia jatuh menindih tubuh Ana di bawahnya, mencoba bernafas dengan susah payah.

Tangan Ana membelai punggung Jodi saat sperma terakhirnya keluar dari penisnya menyirami vaginanya. Keduanya masih berusaha untuk mengatur nafas. Kedua bibir mereka merapat, berciuman dengan lembut. Lidahnya menggelitik rongga mulut Ana dan ciuman mereka berubah menjadi liar saat penis Jodi mulai mengecil dalam vagina Ana. Tangan dan paha Ana mencengkeramnya erat, menahannya agar tetap berada dalam tubuhnya.

Dia mendapatkan pengalaman lain dengan pria ini. Pria kedua yang bercinta dengannya dalam 29 tahun usianya. Akhirnya mereka hentikan ciumannya. Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi dari vagina Ana. Keduanya mengenakan pakaiannya masing-masing tanpa saling berkata-kata. Ana terlalu malu untuk mengucapkan sesuatu dan Jodi tak tahu harus berkata apa.

********

Roy pulang 30 menit kemudian A?a,?aEs dia pulang lebih awal, tapi tak lebih awal (beruntunglah mereka). Ketiganya lalu makan malam, dan Ana tak dapat menyingkirkan pikirannya dari bayangan Jodi sepanjang waktu itu.

Roy dan Jodi kemudian sibuk dengan urusan pria yang tak begitu dimengerti oleh Ana. Dan malam berikutnya, mereka berdua duduk di meja makan bersama Ana. Para pria sedang bermain catur. Ana menghabiskan sepanjang harinya mengasuh bayi mereka. Kapanpun saat dia sedang sendiri, dia tak mampu hentikan dirinya memikirkan pengalamannya bersama Jodi kemarin. Dia merasa gairahnya menyala-nyala sepanjang hari itu, dan dia mempunyai beberapa menit untuk memuaskan dirinya dengan tangannya sendiri.

Saat menuangkan minuman pada suaminya dan Jodi malam itu, dia sangat bergairah, dan sangat basah. Setiap kali dia melirik Jodi, ada desiran halus pada vaginanya. Sekarang dia telah mencoba seorang pria lain, dan dia merasa ketagihan!

Jodi tak jauh beda. Dia bermasturbasi mebayangkan istri sahabatnya ini kemarin malam, sebelum tidur. Bayangan tubuh telanjangnya memenuhi benaknya sepanjang hari. Saat Roy pergi ke kamar mandi, Jodi beringsut mendekati Ana.

“Apa kamu menikmati waktu kita kemarin?” tanyanya berbisik.

“Ya.” Ana tersenyum manis. Sifatnya yang malu-malu membuat birahi Jodi terbakar.

“Apa kamu menginginkannya sekarang?” dia bertanya memastikan. Penisnya sudak mengeras sekarang. Ana terkejut dengan pertanyaannya yang sangat berani itu, malu-malu, lalu mengangguk.

Jodi memutuskan akan sedikit menggodanya. Membuat Ana semakin menginginkannya agar kesempatan mendapatkannya lagi semakin terbuka lebar. Dia menurunkan resleiting celananya dan melepaskan kancingnya, tangannya masuk ke dalam pakaian dalamnya. Dia mengeluarkan penisnya, yang sudah ereksi penuh. Nafas Ana tercekat di tenggorokan, denyutan di vaginanya memberinya sebuah sensasi. Batang penis itu berada dalam tubuhnya kemarin. Dia menginginkannya lagi sekarang.

Mereka mendengar pintu kamar mandi terbuka dan Jodi segara memasukkan penisnya kembali ke dalam celananya. Roy masuk ke dalam ruangan, tak mengira sahabatnya baru saja memperlihatkan penisnya yang ereksi pada istrinya.

Tak lama berselang, entah kenapa dewa kemujuran selalu berpihak pada mereka, Roy lagi-lagi mau ke kamar mandi. Saat dia berdiri dan bergegas ke kamar mandi, vagina istrinya berdenyut membutuhkan penis Jodi. Begitu Roy menghilang dari pandangan keduanya, Jodi langsung bangkit dari kursinya. Mata Ana berbinar terfokus pada tonjolan di celana Jodi saat mereka mendengar pintu kamar mandi ditutup.

Dia langsung menurunkan resleitingnya, dan mengeluarkan batang penisnya. Dengan cekatan Jodi mengocok penisnya sampai ereksi penuh, sangat dekat di wajah Ana. Jodi berdiri dei depan Ana, dan Ana langsung berlutut di hadapan sahabat suaminya.

Kepala penisnya menyentuh kulit pipinya, dan perlahan bergerak ke mulutnya. Saat Jodi merasa bibir lembut Ana menyentuh ujung kepala penisnya, dia merasa mulut itu membuka.

Segera saja kepala penis itu lenyap ke dalam mulut Ana, dan Jodi melihat bibir itu bergerak membungkus seluruh batang penisnya. Tangannya membelai rambut panjang Ana dengan lembut, menahan kepalanya saat seluruh bagian batang penisnya lenyap dalam mulut Ana.

Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah dari hisapan mulutnya segera terdengar.

Kembali, mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Jodi mengeluarkan penisnya dari mulut Ana dengan cepat. Agak kesulitan dia memasukkan penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di kursinya, menutupi perbuatan mereka. Roy duduk dan memberi Ana ciuman kecil, tak tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang penis yang lain dalam mulutnya.

Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi di malam itu, dan mereka berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin. Bayi mereka menangis di lantai atas, Roy berinisiatif untuk pergi melihatnya. Ana lebih dari senang mengijinkannya. Dia sangat menginginkan penis itu, tapi dia tak mampu berbuat apa-apa. Meskipun mendapatkannya di dalam mulutnya tak mampu meredakan gairahnya.

Mereka dapat mendengar bunyi langkah kaki Roy yang menaiki tangga, dan Ana langsung berdiri. Dia tak pernah se agresif ini! Tapi keA?a,?a"?hausannyaA?a,?a"? akan penis itu mampu merubah tabiatnya. Hanya sekedar untuk segera melihatnya lagi! Dia langsung berlutut di antara paha Jodi, dan Jodi segera membukanya untuknya…

Tangan mungilnya dengan cekatan melepaskan kancing dan resleitingnya, dan dia langsung membukanya dalam sekejap. Ana meraih ke dalam celana dalam Jodi dan mengeluarkan penis kerasnya. Vaginanya langsung basah hanya dengan memandangnya saja. Tangannya yang kecil mengocoknya, saat lidahnya menjilati dari pangkal batang penis Jodi hingga ke ujung.

Sekali lagi, dia kembali memasukkannya ke dalam mulutnya. Menghisapnya dengan rakus hingga mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan resiko kepergok suaminya. Jodi mendengarkan dengan seksama gerakan dari lantai atas, memastikan Roy tidak turun ke bawah.

Jodi menatapnya. Bibirnya membungkus batang penisnya dengan erat, kepala penisnya tampak bekilatan basah terkena lampu ruangan ini saat itu keluar dari mulutnya, mata Ana terpejam menikmati. Dia ternyata begitu pintar memberikan blow job! Jodi sangat ingin menyetubuhi wanita ini, meskipun hanya sesaat.

Gairahnya sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Ana, batang penisnya keluar dari mulutnya. Jodi berdiri, penisnya mengacung tegang, dan Ana berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang sama. Jodi menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi, dan lidah mereka saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Jodi memutar tubuh Ana membelakanginya. Ana merasakan tangan Jodi berada pada vaginanya, berusaha melepaskan kancing celananya.

“Jangan…” desahan lirih keluar dari mulutnya. Dia tak tahu kenapa kata itu keluar dari mulutnya saat dia ingin mengucapkan kata A?a,?EsyaA?a,?a"?. Celananya jatuh hingga lututnya, memperlihatkan pantatnya yang dibungkus dengan celana dalam katun berwarna putih. Jodi merenggut kain itu dan langsung menyentakkannya ke bawah, membuat pantat Ana terpampang bebas di hadapannya. Jodi masih dapat mendengar suara gerakan di lantai atas jadi dia tahu dia aman untuk beberapa saat, dia hanya perlu memasukkan penisnya ke dalam vaginanya, walaupun untuk se detik saja!

Nafas keduanya memburu, dan Ana sedikit menundukkan tubuhnya ke depan, tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Jodi jauh lebih tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan pantatnya. Dia sedikit menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia semakin menekuk lututnya, sangat tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia terlalu tinggi untuk Ana. Dia tahu dia akan merasa kesulitan dalam posisi ini, tapi hasratnya semakin mendesak agar terpenuhi segera.

Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh bibir vaginanya. Ana sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan api gairah Jodi. Saat bibir vagina Ana sedikit mencengkeram ujung kepala penisnya, Jodi tahu jalan masuknya sudah tepat. Dia mendorong ke depan. Ana menghisapnya masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam dengan cepat.

Ana mendesah, merasa Jodi memasukinya. Jodi mencengkeram pantat Ana dan memaksa memasukkan penisnya semakin ke dalam. Batang penisnya sudah seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman hangatnya. Jodi mulai menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya separuh sebelum mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada di surga bagi mereka berdua. Jodi berada di dalam vaginanya hanya beberapa detik, tapi bagi keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api gairah yang membakar.

Tiba-tiba Jodi mendengar gerakan dari lantai atas. Ana tak menghiraukannya, dia sudah tenggelam jauh dalam perasaannya. Jodi mengeluarkan penisnya dari vagina Ana. Sebenarnya Ana ingin teriak melampiaskan kekesalannya, tapi segera dia sadar akan bahaya yang mengancam mereka berdua, segera saja dia menarik celana dan celana dalamnya sekaligus ke atas. Saat Roy datang, mereka berdua sudah duduk kembali di kursinya masing-masing, gusar.

Jodi dan Ana menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang tergantung. Saat malam itu berakhir, Jodi segera bergegas pergi ke kamarnya dan langsung mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit saja baginya bermasturbasi dan legalah…

Tapi bagi Ana, tidaklah semudah itu. Kamar tidurnya berada di lantai yang berlainan dengan kamar tamu yang dihuni Jodi, dan dia tak punya kesempatan untuk melakukan masturbasi. Bahkan Roy tak mencoba untuk bercinta dengannya malam itu! Seperempat jam ke depan dilaluinya dengan resah. Ana memberi beberapa menit lagi untuk suaminya sebelum dia tak mampu membendungnya lagi.

Dia turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah tertidur lelap. Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia hanya memakai kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja untuk menutupi tubuh mungilnya.

Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar Jodi, menyelinap masuk, dan menutup perlahan pintu di belakangnya. Jodi sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Ana berdiri di samping tempat tidur, memandang pria yang tertidur itu, memutuskan bahwa dia akan melakukannya. Ini tak seperti dirinya! Dia tak pernah seagresif ini! Dia tak pernah berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi perubahan besar.

Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Jodi, Jodi tergolek tidur di atas kasur hanya memakai celana dalamnya. Ana mencengkeram bagian pinggirnya dan dengan cepat menariknya turun hingga lututnya, membebaskan penis Jodi yang masih lemas. Dengan memandangnya Ana merasakan desiran halus pada vaginanya. Dia tak percaya Jodi tak terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah, baiklah, dia tahu bagaimana cara membangunkannya.

Ana duduk di samping Jodi, dengan perlahan membuka kaki Jodi ke samping. Tangan mungilnya meraih penis Jodi yang masih lemas menuju ke mulutnya. Rambut panjangnya jatuh tergerai di sekitar pangkal paha Jodi. Jodi setengah bangun, merasa nyaman. Penisnya membesar dalam mulut Ana, dan sebelum ereksi penuh, dia akhirnya benar-benar terjaga. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi A?a,?aEs istri sahabatnya sedang menghisap penisnya!

Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut panjang Ana saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Ana. Merasakan penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana dalam Ana basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia menghisap dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang professional.

Jodi dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut Ana saat menghisap penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Ana yang diterangi cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Ana sedang memberinya blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi sebelum tidur tadi, kalau tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.

Ana tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia sangat terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya seharian tadi. Dikeluarkannya penis Jodi dari dalam mulutnya, dan berdiri dengan bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu. Tangannya menarik bagian bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu jarinya di kedua sisi celana dalamnya dan mulai menurunkannya. Diangkatnya salah satu kakinya untuk melepaskan celana dalam itu dari kakinya. Kaki yang satunya lagi dan kemudian merangkak naik ke atas kasur setelah menjatuhkan celana dalamnya ke atas lantai. Nafasnya sesak, menyadari apa yang menantinya.

Diarahkannya batang penis Jodi ke atas dengan tangannya yang kecil dan bergerak ke atas Jodi, memposisikan vaginanya di atasnya. Jodi dapat merasakan bibir vagina Ana yang basah menyentuh ujung kepala penisnya saat Ana mulai menurunkan pinggulnya.

Daging dari bibir vaginanya yang basah membuka dan kepala penis Jodi menyelinap masuk. Ana mengerang lirih, tubuhnya yang disangga oleh kedua lengannya jadi agak maju ke depan. Ana semakin menekan ke bawah, membuat keseluruhan batang penis Jodi akhirnya tenggelam ke dalamnya.

Erangan Ana semakin terdengar keras. Dia merasa sangat penuh! Jodi benar-benar membukanya lebar! Ana semakin menekan pinggulnya ke bawah dan dia mulai menciumi leher Jodi, berusaha menahan Jodi di dalam tubuhnya. Bibir mereka bertemu dan saling melumat dengan bernafsu. Lidah Ana menerobos masuk ke dalam mulut Jodi, menjalar di dalam rongga mulutnya saat dia tetap menahan batang penis Jodi agar berada di dalam vaginanya.

Jodi membalas lilitan lidah Ana, tangannya bergerak masuk ke balik kaos yang dipakai Ana, bergerak ke bawah tubuhnya hingga akhirnya tangan itu mencengkeram bongkahan pantat Ana. Tangannya mengangkat pantat Ana ke atas, membuat tubuhnya naik turun di atasnya A?a,?aEs Ana tetap tak membiarkan batang penis Jodi teangkat terlalu jauh dari vaginanya!

Tak menghiraukan keberadaan Roy yang masih terlelap tidur di kamarnya, mereka berdua berkonsentrasi terhadap satu sama lainnya. Tangan Jodi naik ke punggung Ana, menarik kaos yang dipakai Ana bersamanya. Ciuman mereka merenggang, Ana mengangkat tubuhnya, tangannya mengangkat ke atas saat Jodi melepaskan kaosnya lepas dari tubuhnya. Payudaranya terbebas. Jodi melihatnya untuk pertama kalinya. Di dalam keremangan cahaya, Jodi masih dapat menangkap keindahannya. Payudaranya yang tak begitu besar dengan putting susu yang keras menantang, dan dia menggoyangkannya dihadapan Jodi, menggodanya.

Jodi mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar menahan punggung Ana saat dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Ana menggelinjang kegelian saat lidahnya bergerak melingkari sebelah payudaranya sebelum mencium yang satunya lagi. Pada waktu yang bersamaan Jodi mengangkat pantatnya, masih berusaha agar tetap tenggelam dalam vaginanya, tapi bergerak keluar masuk dengan pelan. Tangannya meremas payudara Ana yang bebas, sedangkan mulutnya terus merangsang payudara yang satunya dengan mulutnya.

Ana memandang Jodi yang merangsang payudaranya, tangannya membelai rambut Jodi dengan lembut. Ana merasa penis Jodi bergerak keluar sedikit tapi tak lama kemudian masuk kembali ke dalam vaginanya. Dia merasa sangat nyaman, sangat berbeda di dalam tubuhnya. Dia mulai menggoyang, mengimbangi kocokan Jodi yang mulai bertambah cepat.

Jodi melepaskan mulut dan tangannya dari payudara Ana dan rebah kembali ke atas kasur. Ana mulai mengangkat pinggulnya naik ke atas hingga batang penis Jodi nyaris terlepas ke luar seluruhnya sebelum menghentakkan pinggulnya ke bawah lagi. Tangan Jodi kembali pada pantat Ana, meremasnya sambil memandangi wanita yang telah menikah ini menggoyang tubuhnya tanpa henti. Dengan tanpa bisa dibendung lagi erangan demi erangan semakin sering terdengar keluar dari mulut Ana.

Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai terbangun dalam tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Jodi menggerakkan tubuh Ana naik turun semakin keras dan keras. Hentakan tubuh mereka saling bertemu. Nafas Ana semakin berat, Penis Jodi menyentak dalam tubuhnya berulang kali.

Dengan cepat orgasmenya semakin mendekat. Ana mempercepat kocokannya pada penis Jodi, menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang mendesak keluar. Ana tak mampu membendungnya lebih lama lagi, pandangannya mulai menjadi gelap. Jantungnya berdegup semakin kencang, otot vaginanya berkontraksi, seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia keluar dengan hebatnya. Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang menyumbat aliran nafasnya.

Melihat pemandangan itu gairah Jodi semakin memuncak, dia tak memberi kesempatan pada Ana untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya tubuh mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke atas tubuh Ana dan Ana membuka pahanya melebar menyambutnya secara refleks.

Jodi memandangi kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana. Dengan pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke dalam lubang hangatnya. Ana mengangkat kakinya ke udara, membukanya lebar lebar untuknya. Jodi menahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya.

Jodi memberinya satu dorngan yang kuat. Ana memekik, ombak kenikmatan menggulungnya saat batang keras itu memasuki tubuhnya. Jodi mulai menyetubuhinya tanpa ampun, Ana telah sangat membakar gairahnya. Jodi mengocokkan penisnya keluar masuk dalam vagina istri sahabatnya yang berada di bawah tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Ana terayun-ayun di atas pantatnya yang menghentak.

Tempat tidur sampai bergoyang karena hentakan Jodi. Ana menggigit bibirnya untuk meredam erangannya yang semakin bertambah keras.

Jodi mulai kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Ana sebelum akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang sangat basah.

Jodi mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam genggaman tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih keluar dari ujung kepala penisnya dan menghantam perut Ana, beberapa darinya bahkan sampai di payudaranya.

Ana menarik nafas, dadanya terasa sesak saat dia melihat tembakan demi tembakan sperma yang kuat keluar dari penis Jodi, dan mendarat di atas perutnya. Terasa sangat panas pada kulit perutnya, tapi semakin membakar gairahnya menyadari bahwa itu bukan semburan sperma suaminya, tapi dari seorang pria lain.

Akhirnya, sperma terakhir menetes dari penis Jodi, menetes ke atas rambut kemaluan Ana yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang lebar. Dengan mata yang terpejam, Ana tersenyum puas.

“Aku membutuhkannya” bisiknya. Mereka terdiam beberapa saat meredakan nafas yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah mereka. Jodi mencium dengan lembut bibir Ana yang tersenyum.

Ana memakai kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan, melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.

********

Jodi bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan perlahan mulai mengocoknya.

Dia merasa sangat senang saat mendengar ada seseorang yang sedang mandi. Dimasukkannya penisnya kembali kedalam celana dalamnya, bergegas memakai celana jeansnya dan bergegas keluar kamar dengan bersemangat, turun ke lantai bawah.

Dia berharap yang sedang mandi adalah Roy dan Ana ada di lantai bawah. Dia mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera ke sana dan ternyata…

Ana masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi, sebuah kaos besar hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di baliknya. Dia menoleh saat mendengar ada yang mendekat, dan langsung tersenyum saat mengetahui siapa yang datang. Terasa ada desiran halus di vaginanya saat memandang Jodi.

Ana terkejut saat tangan Jodi melingkar di pinggangnya memeluknya erat dan mencium bibirnya. Lalu Ana sadar ada seseorang yang sedang mandi di lantai atas dan Roy lah yang sedang berada di kamar mandi itu. Bibirnya membalas lumatan Jodi dengan menggebu saat tangan Jodi menyusup ke dalam kaosnya untuk menyentuh payudaranya.

Ana melenguh di dalam mulut Jodi yang memeluknya merapat ke tubuhnya. Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung menuju ke vaginanya, membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya dalam dekapan Jodi, tangan Ana melingkari leher Jodi.

Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan Jodi mendorong tubuh Ana merapat ke dinding. Tangannya meremas bongkahan pantat Ana di balik kaosnya. Dan Ana sangat merasakan tonjolan pada bagian depan celana jeans Jodi yang menekan perutnya.

Ciuman Ana turun ke leher Jodi, lidahnya melata menuju putting Jodi. Ana membiarkan Jodi mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya dengan pasif saat Jodi menyingkap kaosnya hingga dadanya. Ana mengangkat kakinya bertumpu pada tepian meja, mempertontonkan celana dalam putihnya.

Vaginanya berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi berikutnya. Jodi berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang kuat dari lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat.

Perlahan diciumnya vagina Ana yang masih tertutupi kain itu, Ana mendesah, kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Ana merasa gembira saat Roy berada lama di dalam kamar mandi!

Dengan tak sabar, tangannya menuju ke pangkal pahanya. Jodi hanya menatapnya saat tangan Ana menarik celana dalamnya sendiri ke samping, memperlihatkan rambut kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang kemerahan.

Ana menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak berkobar dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya. Jodi menatap matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya. Membuat lebih banyak desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia mendesah melampiaskan kenikmatan yang dirasakannya.

Lidah Jodi mulai menjilat dari bagian bawah bibir vagina Ana sampai ke bagian atasnya, mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia menemukannya. Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya, mersakan bagaimana rasanya cairan gairah Ana.

Dihisapnya bibir vagina itu ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan lidahnya naik turun di sana, membuat Ana semakin basah.

Desahannya terdengar, menggoyangkan pinggulnya di wajah Jodi. Jodi melepaskan bibirnya, lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya tonjolan daging sensitif itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.

Ana menaruh kakinya pada bahu Jodi, duduknya jadi tidak tenang. Tiba-tiba, Jodi menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya diantara bibirnya.

Ana memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang menyentak tubuhnya. Lidah Jodi bergerak berulang-ulang pada kelentit Ana yang terjepit diantara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Ana sudah dekat. Dilepaskannya kelentit itu dari mulutnya dan tangannya menggantikan mengerjai kelentit Ana dengan cepat.

“Oh Tuhan… ” bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat. Jari Jodi bergerak tanpa ampun, pinggul Ana terangkat karenanya. Ana menggigit bibirnya berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai kepada suaminya yang berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan hebatnya. Dadanya sesak, nafasnya terhenti beberapa saat, dinding-dinding vaginanya merapat.

Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Jodi. Ana mendesah hebat, akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya mengiringi terlepasnya orgasmenya.

Jodi berdiri dan langsung mengeluarkan penisnya. Ana memandang dengan lapar pada batang penis dalam genggaman tangan Jodi. Sebelah tangan Ana masih memegangi celana dalamnya ke samping saat tangannya yang satunya lagi meraih batang penis Jodi. Tangan kecil itu menggenggamnya saat Jodi maju mendekat.

Dengan cepat Ana menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang basah, berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang masuknya. Mereka berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar mandi di lantai atas yang masih terdengar.

Jodi melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana.

Jodi mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya, mengijinkannya untuk masuk. Desahan Ana segera terdengar saat dia mersa terisi. Jodi terus mendorong, vagina Ana terus menghisapnya sampai akhirnya, Jodi berada di dalamya dalam satu dorongan saja.

Ana sangat panas dan mencengkeramnya, dan Jodi membiarkan penisnya terkubur di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang datang padanya. Tangan Ana masih menahan celana dalamnya ke samping, tangan yang satunya meraih kepala Jodi mendekat padanya.

Lidahnya mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan pelan Jodi menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kemabali, keras, dan Ana mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat, kaki Ana terjuntai terayun dibelakang tubuh Jodi dalam tiap hentakan.

Roy yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya.

Sementara itu Ana, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain. Penis pria ini menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat saat keluar masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh, melepaskan ciumannya.

Jodi mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar masuk dalam lubang vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil menahan celana dalamnya jauh-jauh ke samping yang membuat Jodi heran karena kain itu tak robek. Dia mulai menyutubuhinya dengan keras, menyadari kalau mungkin saja dia tak mempunyai banyak waktu lagi.

Jika Roy masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki istrinya yang terayun dibelakang pantat Jodi. Celana jeans Jodi merosot hingga mata kakinya, celana dalamnya berada di lututnya, dan pantatnya mengayun dengan kecepatan penuh diantara paha Ana yang terbuka lebar. Roy mungkin mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.

Jodi terus mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya mengencang dan dia tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya beberapa kocokan lagi sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam vagina wanita bersuami itu dan menahannya di dalam sana.

Dia menggeram hebat, penisnya menyemburkan spermanya yang panas di dalam sana. Begitu banyak sperma yang tertumpah di dalam vagina Ana.

Erangan keduanya terdengar saling bersahutan untuk beberapa saat hingga akhirnya mereka tersadar kalau suara dari dalam kamar mandi sudah berhenti, dan tak menyadari sudah berapa lama itu tak terdengar.

Bibir Jodi mengunci bibirnya dan mereka saling melumat untuk beberapa waktu seiring kejantanan Jodi yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian mereka saling merenggang dan Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi itu dari vagina Ana. Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya kembali. Ana membiarkan celana dalamnya seperti begitu. Dia merasa celananya menjadi semakin basah saat ada sperma Jodi yang menetes keluar dari vaginanya saat dia berdiri.

Senin, 25 Februari 2013

Ngentxx dengan Ibu Kandung

Hallo semua, namaku Boby, aku akan menceritakan pengalaman seks-ku yang luar biasa yang pernah kurasakan dan kualami. Sekarang aku kuliah di salah satu PTS terkenal di kedah, dan tinggal di rumah di kawasan elite di keah utara dengan ibu, adik dan pembatuku. Sejak mula lagi aku dan adikku tinggal bersama nenekku di kedah, sementara ibu dan ayahku tinggal di KL karena memang ayah mempunyai perusahaan besar di wilayah Persekutuan, dan sejak nenek meninggal ibu kemudian tinggal lagi bersama kami, sedangkan ayah hanya pulang sebulan atau dua bulan sekali seperti biasanya sebelum nenekku meninggal. Sebenarnya kami diajak ibu dan ayahku untuk tinggal di KL, namun adik dan aku tidak mau meninggalkan Kedah karena kami sangat suka tinggal di tempat kami lahir.

Saat itu aku baru lulus SPM dan sedang menunggu pengumuman hasil periksaan di Kedah, dan karena sehari-hari tidak ada kerjaan, ibu yang saat itu sudah tinggal bersama kami, meminta aku untuk selalu menjemputnya dari tempat aerobik dan senam setiap malam. Ibuku memang pandai sekali menjaga tubuhnya dengan senamerobik dan renang, sehingga walaupun usianya hampir 39 tahun, ibuku masih terlihat seperti wanita 27 tahunan dengan tubuh yang indah dengan kulit putih mulus dan dada yang masih terlihat padat dan berisi walaupun di wajahnya sudah terlihat sedikit kerutan, tetapi akan hilang bila ibu berdandan hingga kemudian terlihat seperti wanita 27 tahunan. Aku mulai memperhatikan ibuku karena setiap aku jemput dari tempat senamnya ibuku tidak mengganti pakaian senamnya dulu setelah selesai dan langsung pulang bersamaku, dan baru mandi dan berganti pakaian setelah kami sampai di rumah. Karena setiap hari melihat ibuku dengan dandanan seksinya, otak ku mulai membayangkan hal-hal aneh tentang tubuh ibuku. Bagaimana tidak, aku melihat ibuku yang selalu memakai pakaian senam ketat dengan payudara yang indah menonjol dan pantat yang masih padat berisi.

Suatu hari, saat aku telat menjemput ibuku di tempat senamnya, aku tidak menemukan ibuku di tempat biasanya dia senam, dan setelah aku tanyakan kepada teman ibuku, dia bilang ibuku sedang di sauna dan bilang agar aku menunggu di tempat sauna yang tidak jauh dari ruangan senam. Aku pun beegegas menuju ruangan sauna karana aku tidak mau ibuku menunggu terlalu lama. Saat sampai di sana, wow... aku melihat ibuku baru keluar dari ruangan hanya dengan memakai handuk yang hanya menutupi sedikit tubuhnya dengan melilitkan handuk yang menutupi dada perut dan sedkit pahanya, sehingga paha ibu yang mulus dan seksi itu terlihat dengan jelas olehku. Aku hanya terdiam dan menelan ludah saat ibuku menghanmpiriku dan bilang agar aku menunggu sebentar. Kemudian ibuku membalikkan tubuhnya dan kemudian terlihatlah goyangan pinggul ibuku saat dia berjalan menuju ruangan ganti pakaian. Tanpa sadar krmaluanku mengeras saat kejadian tadi berlangsung. Aku berani bertaruh pasti semua laki-laki akan terpesona dan terangsang saat melihat ibuku dengan hanya memakai tuala yang dililitkan di tubuhnya.

Di dalam perjalanan, aku hanya diam dan sesekali melirik ibuku yang duduk di sampingku, dan aku melihat dengan jelas goyangan payudara ibuku saat mobil bergetar bila sedang melalui jalan yang bergelombang atau polisi tidur. Ibuku berpakaian biasa dengan jeans yang agak ketat dan seluar panjang ketat, dan setiap aku melirik ke paha ibu terbayang lagi saat aku melihat paha ibuku yang putih mulus tadi di tempat mandi. "Bob... kenapa kamu diem aja, dan kenapa seluar kamu sayang?" tanya ibuku mengejiutkan aku yang agak melamun membayangkan tubuh ibuku. "tiada apa," jawabku gugup. Kami pun sampai di rumah agak malam karena aku telat menjemput ibuku. Sesampainya di rumah, ibu langsung masuk ke kamarnya dan sebelum dia masuk ke kamarnya, ibu mencium pipiku dan bilang selamat malam. Kemudian dia masuk ke kamarnya dan tidur.

Malam itu aku tidak bisa tidur membayangkan tubuh ibuku, gila pikirku dalam hati dia ibuku, tapi... akh.. masa bodoh pikirku lagi. Aku mencoba onani untuk "menidurkan burung"-ku yang berontak minta masuk ke sarang nya. Gila pikirku lagi. Mau mencari ewek malam boleh saja, tapi saat itu aku menginginkan ibuku. Perlahan-lahan aku keluar kamar dan berjalan menuju kamar ibuku di lantai bawah. Adik perempuanku dan pembantuku sudah tidur, karena saat itu jam satu malam. Otakku sudah mengatakan aku harus merasakan tubuh ibuku, nafsuku sudah puncak saat aku berdiri di depan pintu kamar ibuku. Kuputar kenop pintu nya, aku melihat ibuku tidur terlentang sangat menantang. Ibuku tidur hanya menggunakan tuala dan underware yang longgar. Aku berjalan mendekati ibuku yang tidur nyenyak, aku diam sesaat di sebelah ranjangnya dan memperhatikan ibuku yang tidur dengan posisi menantang. Kemaluanku sudah sangat keras dan meronta ingin keluar dari celana pendek yang kupakai.

Dengan gemetar aku naik ke ranjang ibu, dan mencoba membelai paha ibuku yang putih mulus dan sangat seksi, dengan tangan bergetar aku membelai dan menelusuri paha ibuku dan terus naik ke atas. Kemaluanku sudah sangat keras dan terasa sakit karena batang kemaluanku terjepit oleh spendaku. Aku kemudian membuka spendaku dan keluarlah "burung perkasa"-ku yang sudah sangat keras. Aku kemudian mencoba mencium leher dan bibir ibuku. Aku mencoba meremas payudara ibuku yang besar dan montok, aku rememas payudara ibu dengan perlahan. Takut kalau ia bangun, tapi karena nafsuku sudah puncak aku tidak mengontrol remasan tanganku ke payudara ibuku. Aku kemudian mengocok batang kemaluanku sambil meremas payudara ibu, dan karena remasanku yang terlalu bernafsu ibu terbangun, "Bobi... kamu... apa yang kamu lakukan, aku ibumu sayang..." sahut ibuku dengan suara pelan aku kaget setengah mati, tapi anehnya batang kemaluan masih keras dan tidak lemas. Aku takut dan malah makin nekat, terlanjur pikirku, aku langsung mencium leher ibuku dengan bernafsu sambil terus meremas payudara ibuku. Dalam pikiranku hanya ada dua kemungkinan, menyetubuhi ibuku kemudian aku kabur atau dia membunuhku. "Cukup Bobi.. hentikan sayang... akh..." kata ibuku. Tapi yang membuatku aneh ibu tidak sama sekali menolak dan berontak. Malah ibu membiarkan bibirnya kucium dengan bebas dan malah mendesah saat kuhisap leher dan di belakang telinganya, dan aku merasa burungku yang dari tadi sudah keras seperti ada yang menekannya, dan ternyata itu adalah paha ibuku yang mulus.

"Sayang kalau kamu mau...cakap aja terus terang.. Mami boleh kasi..." kata ibuku di antara desahannya. Aku terkejut setengah mati, berarti ibuku sangat suka aku perlakukan seperti ini. Aku kemudian melepaskan ciumanku di lehernya dan kemudian berlutut di sebelah ibuku yang masih berbaring. Batang kemaluanku sudah sangat keras dan ternyata ibu sangat suka dengan ukuran batang kemaluanku, ibu tersenyum bangga melihat batang kemaluanku yang sudah maksimal kerasnya. Ukuran batang kemaluanku 15 cm dengan diameter kira-kira 4 cm. Aku masih dengan gemas meremas payudara ibu yang montok dan masih terasa padat. Aku membuka tuala yang ibu pakai dan kemudian sambil meremas payudara ibu aku berusaha membuka bra yang ibu pakai, dan satelah bra yang ibuku kenakan terlepas, kulihat payudara ibu yang besar dan masih kencang untuk wanita seumurnya. Dengan ganas kuremas payudara ibu, sedangkan ibu hanya mendesah keenakan dan menjerit kecil saat kugigit kecil puting payudara ibu. Kuhisap puting payudara ibu dengan kuat seperti ketika aku masih bayi. Aku menghisap payudara ibu sambil kuremas-remas hingga puting payudara ibu agak memerah karena kuhisap.

Payudara ibuku masih sangat enak untuk diremas karena ukurannya yang besar dan masih kencang dan padat. "Bob kamu dulu juga ngisep susu ibu juga kaya gini..." kata ibuku sambil dia merem-melek karena keenakan puting susunya kuhisap dan memainkannya dengan lidahku. Ibu menaikkan pinggulnya saat kutarik celana pendeknya. Aku melihat seluar dalam yang ibu kenakan sudah basah. Aku kemudian mencium seluar dalam ibuku tepat di atas kemaluan ibu dan meremasnya. Dengan cepat kutarik seluar dalam ibu dan melemparkannya ke sisi ranjang, dan terlihatlah olehku pemandangan yang sangat indah. Lubang kemaluan ibuku ditumbuhi bulu halus yang tidak terlalu lebat, hingga garis lubang kemaluan ibuku terlihat. Kubuka paha ibuku lebar, aku tidak kuasa melihat pemandangan indah itu dan dengan naluri laki-laki kucium dan kuhisap lubang dimana aku lahir 18 tahun lalu. Kujilat kliteris ibuku yang membuat ibuku bergetar dan mendesah dengan kuat. Lidahku bermain di lubang senggama ibuku, dan ibuku malah menekan kepalaku dengan tangannya agar aku makin tenggelam di dalam selangkangannya.

Cairan lubang kemaluan ibu kuhisap dan kujilat yang membuat ibuku makin tak tahan dengan perlakuanku, dia mengelinjang hebat, bergetar dan kemudian mengejang sambil menengadah dan berteriak. Aku merasakan ada cairan kental yang keluar dari dalam lubang kemaluan ibu, dan aku tahu ibu baru orgasme. Kuhisap semua cairan lubang kemaluan ibuku hingga kering. Ibu terlihat sangat lelah. Aku kemudian bangun dan dengan suara pelan karena kelelahan ibu bilang, "Sayang sini Mami isep kontolmu," dan tanpa di komando dua kali aku kemudian duduk di sebalah wajah ibuku, dan kemudian dengan perlahan mulut ibuku mendekat ke burungku yang sudah sangat keras. Ibuku membelai batang kemaluanku tapi dia tidak memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Padahal jarak antara mulut ibuku dengan batang kemaluanku hanya tinggal beberapa centi saja. Aku sudah tidak tahan lagi dan kemudian kudorong kepala ibuku dan dengan leluasa batang kemaluanku masuk ke mulut ibu. dengan cepat dan liar ibuku mengocok batang kemaluanku di dalam mulutnya. Aku sudah tidak tahan lagi, kenikmatan yang kurasakan sangat luar biasa dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata, dan akhirnya aku sudah tidak tahan lagi dan... "Cret.. cret.. crett.." maniku kusemprotlkan di dalam mulut ibuku.

Ibu kemudian memuntahkannya dan hanya yang sedikiti dia telan, dan masih dengan liar ibuku membersihkan batang kemaluanku dari sisa-sisa air maniku yang menetes di batang kejantananku. Ibuku tersenyum dan kemudian kembali berbaring sambil membuka pahanya lebar-lebar. Ibuku tersenyum saat melihat batang kemaluanku yang masih dengan gagahnya berdiri, dan seperti sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam sarangnya yang hangat. Aku kemudian mengambil posisi di antara kedua paha ibuku, batang kemaluanku terasa berdenyut saat ibu dengan lembut membelai dan meremas batang kemaluanku yang sudah sangat keras. Dengan tangan yang bergetar kuusap permukaan lubang kemaluan ibuku yang dipenuhi bulu-bulu halus dan sisa cairan lubang kemaluan yang kuhisap tadi masih membasahi bibir lubang kemaluan ibuku yang terlihat sangat hangat dan menantang. "Ayo dong Sayang, kamu kan tahu dimana tempatnya..." kata ibuku pasrah, kemudian tangannya menuntun batang kemaluanku untuk masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tanganku bergetar dan batang kemaluanku terasa makin berdenyut saat kepala batang kemaluanku menyentuh bibir lubang kemaluan ibu yang sudah basah, dan dengan perasaan yang campur aduk, kudorong pinggulku ke depan dan masuklah batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan ibu yang sudah agak membuka, dan tenggelam sudah batang kemaluanku ke dalam liang senggama milik ibuku.

Aku merasakan sensasi yang sangat dasyat saat dinding lubang kemaluan ibu seperti memijat batang kemaluanku, gila meski aku pernah setubuh dengan anak ABG, lubang kemaluan ibuku terasa sangat nikmat dan luar biasa di banding dengan yang lainnya. Aku menggoyang pinggulku naik-turun diimbangi dengan goyangan pinggul ibuku yang sangat dasyat dan liar. Kami kemudian berganti posisi dengan ibu berada di atasku hingga ia dapat menduduki batang kemaluanku, dan terasa sekali kenikmatan yang ibu berikan kepadaku. Goyangan yang cepat dan liar dan gerakan tubuh yang naik turun membuat tubuhku hanyut ke dalam kenikmatan seks yang kurasakan sangat dasyat. Tibalah saat ibuku orgasme, goyangannya makin cepat dan desahannya semakin tidak karuan, aku dengan nikmat merasakannya sambil kuhisap dan meremas pauyudara ibu yang bergoyang seirama dengan naik-turunnya tubuh ibuku menghabisi aku. Ibu mengerang dan mengejang saat kurasakan ada cairan hangat yang membasahi batang kejantananku yang masih tertanam di dalam lubang kemaluan ibuku.

Beberapa saat setelah ibu terkulai lemas aku merasakan bahwa aku akan mencapai puncak, dan dengan goyangan dan tusukan yang menghujam lubang kemaluan ibuku, "Cret... crett.. cret..." air maniku menghambur di dalam lubang kemaluan ibuku. Aku merasakan nikmat yang tidak dapat kukatakan. Saat aku masih menikmati sisa-sisa kemikmatan itu, ibu mencium bibirku dan berkata, " kamu orgasme biar di mulut Mami aja.. tapi Mami sedap..." Aku hanya terdiam dan malah mencium bibir ibuku yang masih menindih tubuhku dengan mesra. Kemudian ibuku berbaring di sampingku, aku memeluk dia dan kami berciuman dengan mesra seperti sepasang kekasih. Kami pun tertidur karena pertempuran yang sangat melelahkan itu.

Pagi harinya saat aku bangun ibuku sudah tidak ada di sebelahku, dan kemudian aku berpakaian dan menuju dapur mencari ibuku, dan kulihat ibuku tengah menyiapkan sarapan bersama adikku yang masih Sekolah. Aku bingung dan segan karena ibuku seakan-akan malam tadi tidak terjadi apa-apa di antara kami, padahal aku telah menyetubuhi ibu kandungku sendiri tadi malam. Seperti biasanya, aku menjemput ibuku dari tempat dia senam, dan saat perjalanan pulang kami berbual tentang persetubuhan kami tadi malam dan kami berjanji hanya kami yang mengetahui kajadian itu. Tiba-tiba saat kereta kami sedang berada di jalan yang sepi dan agak gelap, ibuku menyuruhku menghentikan mobil, aku menurut saja. Setelah mobil di pinggirkan, dengan ganas ibuku mengulum koteku. Kemudian membuka seluarku dan menghisap batang kemaluanku yang sudah keras saat ibuku mengulum bibirku tadi. Aku hanya terengah-engah merasakan batang kemaluanku dihisap oleh ibuku sambil mengocoknya, dan beberapa saat kemudian... "Cret.. cret.. crett.." maniku menyembur di dalam mulut ibuku dan dia menelan habis maniku walaupun ada sedikit yang meleler keluar. Ibuku kemudian membersihkan sisa maniku yang menetes di tangannya dan batang kemaluannku. Tak kusangka ibuku kembali menelan calon-calon cucunya ke dalam perutnya. Tapi aku sih asyik-asyik saja ibuku mau menghisap batang kemaluanku saat kami masih di dalam kereta.

Kami berciuman dan melanjutkan perjalana pulang dan kemudian tidur seranjang dan "bermain" lagi. Kami berdua terus melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Sejak persetubuhan kami yang pertama, sebulan kemudian ibuku merasa dia hamil, dan ibu bilang bahwa sebelum bersetubuh denganku, ibu sudah lebih dari 3 bulan tidak bersetubuh dengan ayahku, karena memang ayahku terlalu sibuk dengan perusahaan, dan hotel-hotelnya. Ibuku cakap ibu hamil olehku karena selain dengan ayahku dan aku, ibu belum pernah perhubungan seks dengan lelaki lain. Ibu menggugurkan kandungannya karena dia tidak mau punya bayi dari aku. dan hingga sekarang...

Nikmat Memek Venni

Saya sekarang kuliah di PTS terkenal di Bandung. Saya mempunyai seorang adik wanita yang mempunyai banyak teman yang sangat "gaul", cantik, dan seksi. Saat malam minggu teman adik saya yang bernama Venni tidur di rumah kami. Pada malam hari ketika saya sedang asyik menonton sepak bola di TV, dan saat itu saya menonton hingga hampir tengah malam. Saat sedang asyik tiba-tiba Venni menghampiriku dan duduk di sebelah saya.
"Belum tidur ven..?", tanyaku.
"Belum.., enggak bisa tidur", jawabnya, "Boleh ikut nonton Kak?", tanya Venni. Saya hanya mengangguk pelan.

Venni duduk tepat berada di sebelah saya di karpet. Dia duduk dengan cueknya. Saat aku perhatikan Venni hanya menggunakan celana pendek dan kaos tidur yang agak tipis dan sedikit ketat, hingga payudaranya yang besar dan indah membumbung ke depan dengan indahnya, juga pahanya yang panjang mulus terlihat jelas olehku. Venni memang cewek yang cantik dan sangat seksi. Tubuhnya tinggi ramping berkulit putih mulus serta payudara yang besar dan indah, tak heran banyak lelaki yang suka padanya.

taNpa sadar penisku mulai tegang karena membayangkan nikmatnya melakukan hubungan seks dengannya. Tiba-tiba Venni menyandarkan kepalanya ke bahuku, jantung saya berdebar kencang kemudian saya memberanikan diri untuk membelai rambutnya yang terurai sampai ke bahu. Sementara tangan Venni jatuh di paha saya, penis saya bertambah keras.

Tangan saya membelai rambutnya dan terus ke lehernya. Saat kami bertatapan, tanpa membuang waktu saya cium bibirnya yang mungil kemerah-merahan, Vennipun membalas ciuman saya dengan menghisap bibir saya, agak kewalahan juga saya mengimbangi ciuman Venni yang sangat bernafsu dan lebih bernafsu dibanding saya.

Kami terus berciuman dan berpagutan hingga kami kesulitan untuk bernafas dan saat berciuman tangaan saya mulai meraba dan meremas payudara Venni yang indah itu. Besar dan kencang payudaranya. Tangganku mulai turun ke pinggangnya dan kemudian saya tarik ke atas kaos tipisnya dan.., terlihat payudara yang indah dibungkus oleh BH yang seakan tidak mampu menahan besarnya payudara Venni.

Saya melepas BH yang menutupi payudara Venni. Terlihat payudara yang besar dan kencang. Saya remas-remas kedua payudaranya, sementara Venni memejamkan mata sambil menciumi leher saya. Sayapun kemudian menciumi lehernya yang panjang dan mulus. Saya memainkan puting payudaranya yang berwarna coklat kemerahan hingga mengeras, kemudian saya ciumi dan cumbui payudara yang indah itu hingga puting payudaranya mengeras.
"Ven.., susu kamu bagus banget, putingnya lucu", godaku pada Venni sambil terus meremas dan memainkan puting Venni yang terus mengeras, Venni hanya tersenyum dan mendesah keenakan.

Saya cupang payudara Venni hingga di payudaranya terlihat warna kemerahan. Saya jilati puting payudaranya, sementara tangan saya meremas dan memainkan payudara Venni yang lainnya. Venni menggeliat keenakan, kelihatan dia kegelian ketika saya mainkan puting payudaranya dengan lidah.
"aahhc.., Kak.., nikmat.., ehmm..", erang Venni sambil tangannya menjambak rambut saya, tanda dia keenakan.

Saya baringkan Venni di karpet. Kemudian saya membuka kancing celana pendeknya hingga terlihat CD Venni yang berwarna hitam. Saya belai paha Venni yang panjang dan sangat mulus, Venni menggeliat lagi kegelian. Tangan saya membelai paha dan terus ke pinggulnya dan saat di pinggul Venni saya tarik CD-nya dan.., terlihat vagina Venni yang indah dan di sekelilingnya ditumbuhi dengan bulu hitam yang tertata rapi. Terlihat dengan jelas belahan kewanitaannya dengan kelentit yang agak menyembul.

Saya belai dan saya pegang vaginanya. Vagina Venni sudah basah oleh cairan yang keluar tiada henti dari liang vaginanya. Saya kemudian mencium vagina Venni yang sudah basah. Venni menggeliat lagi. Saya makin bernafsu dan semakin lihai menjilati liang vagina Venni. Saya kemudian menemukan klitorisnya yang merah basah menyembul dan semakin keras.

Vagina Venni yang harum semakin membuatku memburu dengan nafsunya, Venni membenamkan kepala saya ke selangkangannya dan menjepit kepala saya dengan kedua pahanya hingga saya agak sulit bernafas.

Tiba-tiba tubuh Venni mengejang lalu dia terkulai lemas, saya tahu bahwa Venni sudah orgasme yang pertama. Saya buka pahanya lebar sambil membelai pahanya. Penis saya yang besar siap menerobos liang vaginanya yang berwarna merah segar di bagian dalamya. Saya dekatkan penis saya ke vaginanya yang basah.
"Ven.., masukin sekarang ya?", godaku lagi pada Venni, dan Venni tersenyum manis sambil sedikit menganggukkan kepalanya. Tangan Venni memegang dan sedikit meremas penis saya sambil menuntun penis saya masuk ke vaginanya. Lubang vagina Venni terasa kecil buat penis saya yang besar. Saya tarik pantat saya dan mencoba menggesek-gesekkan penis saya pada vaginanya.

Setelah vaginanya rileks maka saya coba lagi, pantat saya mundur ke belakang dan dengan tenaga yang agak besar saya dorong pantat saya dan.., "Bless", penis saya masuk ke vagina mugil Venni tapi itu baru setengahnya dan, "Bless", saya dorong lagi akhirnya penis saya masuk seluruhnya ke liang vagina Venni.
"Akhh..", Venni menjerit kecil saat penis saya seluruhnya masuk ke vaginanya. Saya remas payudara Venni yang kenyal dan memainkan putingnya yang mengeras. Lalu saya rebahkan tubuh saya ke atas tubuh Venni sehingga payudaranya yang besar dan menyembul ke atas berhimpit dengan dada saya yang lapang.

Saya cium bibir Venni, meremas payudaranya dan kemudian saya angkat pantat saya dan saya dorong lagi ke vagina Venni berulang-ulang. Saya kocok vagina Venni dengan penis saya yang keras hingga Venni hanya mendesah dan pasrah memerima sodokan penis saya.
"Ven.., ahk.., emh.., memek.., kamu nikmat.., ahk..", erangku sambil terus mengocok vagina Venni.
"Kak.., kak.., akhh.., nikmat.., akh..", desah Venni sambil menggoyang pinggulnya yang semakin 'menggigit' penis saya di dalam vaginanya yang semakin nikmat.

Sekitar 15 menit posisi itu bertahan. Lalu saya ajak Venni ke posisi doggy style, dan Vennipun menurut. Venni nungging di depan saya sehingga vaginanya terlihat jelas. Saya cium terlebih dahulu vaginanya yang basah, lalu dengan dua kali sodokan.., penis saya masuk lagi ke liang vaginanya. Saya pegang dan remas payudaranya dari belakang, sementara saya maju mundurkan penis saya untuk mengocok vagina Venni yang basah dan masih cukup sempit.
"Ah.., ah.., akhh.., ehmm..", deasah Venni keenakan, pinggul Venni bergerak berputar dan saya terus menusuk Venni dari belakang, penis saya terasa disedot dan dipijat vagina Venni hingga saya tak tahan lagi.
"Ven.., tahan.., jangan.., gerak.., saya mau.., keluar..", erangku menahan nikmatnya vaginanya.
"Kak.., Venni.., juga.., mau.., keluar.., akhh..", erang Venni.
Tiba-tiba tubuh Venni mengejang, vaginanya makin merapat dan tubuh Venni melemas, saya tahu Venni orgasme lagi dan saya cabut penis saya dari dalam vaginanya.

Venni yang masih lemas lalu berbaring di lantai, saya berbaring di sebelahnya dengan penis yang masih perkasa. Lalu saya tarik Venni dan saya suruh Venni maik ke tubuhku. Venni langsung duduk di atas perutku, saya tuntun penis saya masuk ke vagina Venni yang basah dan, "Bless", penis saya masuk lagi ke liang vagina Venni. Gerakan tubuh Venni yang naik turun menekan penisku dan menjepitnya, saya pegang payudaranya yang bergerak naik turun, saya rasakan puting susunya kembali mengeras.
"Ven.., nikmat.., Venni..", desahku.
"Akh.., akh.., ehmm..", desah Venni keenakan ketika saya remas dengan lembut payudaranya yang besar dan kenyal.

Setelah 15 bertahan lalu, "Venni.., akhh.., saya.., mau.., keluar..", erangku.
"Entar.., Kak.., berengan..", jawab Venni.
Saya sodok lebih cepat lagi penis saya ke vaginanya, sementara pinggul Venni bergoyang berputar menambah geli penisku dan semakin nikmat rasanya dan, "Crett.., crett.., cret", air mani saya keluar di vagina Venni. Saat itu juga tubuh Venni kembali mengejang dan jatuh ke atas tubuh saya. Venni orgasme yang ketiga.
"Kak.., kakak hebat, baru kali ini Venni ngerasaain seks senikmat ini", bisik Venni.
"Kamu mau kan kita main lagi lain kali?", tanya saya pada Venni, Venni hanya mengangguk kecil dan tersenyum tanda setuju.
"Venni vagina kamu nikmat, kecil dan menggigit", godaku pada Venni, Venni hanya tersenyum manja.

Saya kecup bibir mungil Venni, lalu kami duduk di karpet masih dalam keadaan telanjang. Tiba-tiba penisku bangun lagi saat melihat lagi indahnya tubuh putih, mulus dan seksi itu. Venni tersenyum ketika melihat penisku tegang lagi, lalu tanpa disuruh Venni langsung memasukan penisku ke mulut mungilnya.
"Akh.., akh.., Ven.., nikmat..", erangku keenakan.
"Ehmm.., ehmm.., ehmm", desah Venni panjang sambil memasuk-keluarkan penisku ke mulutnya.
Venni menghisap, menjilat dan mencium dengan sangat 'profesional', lidahnya memainkan penisku dan tak lama, "Cret.., cret.., cret", mani saya menyembur keluar di mulut Venni. Venni langsung menelannya dan menjilatinya hingga penis saya bersih dari mani saya.
"Kak.., mani kakak nikmat, manis", goda Venni yang menjilat dan menelan habis mani saya. Saya lalu mencium lagi bibirnya, kemudian kami berpakaian dan tidur lagi ke kamar masing-masing. Sebelumnya kami berjanji akan mengulanginya lagi kalau ada kesempatan.

TAMAT

Birahi Liar

Namaku Agus (bukan nama sebenarnya). Aku kuliah di salah satu PTS di Jakarta. aku punya teman wanita, sebut saja namanya Lia. Si Lia ini teman baikku sejak SMA. Kalau aku lagi ada masalah atau aku gagal mendapatkan cewek, dia inilah yang jadi tumpahan unek-unekku. Pokoknya dia baik sekali denganku. Orangnya cantik sekali. Tapi ini bukan aku yang bilang, teman-temanku yang bilang begitu. Dulunya menurut aku sih lumayanlah. Mungkin karena aku nggak sadar barangkali, habis aku tiap hari ketemu dia dan lihat dia, jadi aku merasa sudah biasa. Teman kuliahku pernah bilang kalau si Lia itu sensual banget, apalagi dari bagian lehernya sampai dadanya. Orangnya nggak begitu tinggi, sedanglah buat perempuan. Tingginya 162 cm dan beratnya 50 kg. Langsing kan? Rambutnya panjang tergerai. Kebayang dong gimana orangnya.

Diantara aku dan dia kalau ngobrol sudah nggak ada batasnya, termasuk tentang hal yang begituan. Dia juga sudah tahu ukuran penisku. Sedangkan aku cuma tahu ukuran pinggangnya 62 cm. Yang bagian atas dan bawahnya aku nggak diberi tahu. "Belum saatnya Gus..", begitu kata Lia dengan nada genit kalau aku selalu bertanya. Tapi aku bisa lihat kok ukuran payudaranya nggak begitu besar. Sekitar 32, begitulah.

Aku sudah sering nonton dan jalan-jalan berdua sama dia. Teman-temanku menyangka kalau aku pacaran sama dia, padahal aku sama dia cuma temanan baik. Lalu kejadian yang membuat aku mengirim cerita ini terjadi beberapa bulan yang lalu, waktu kami berdua pergi nonton Ransom. Seperti biasanya aku jemput dia, terus kami pergi nonton di PH. Kali ini si Lia seksi banget. Dia pakai baju ketat putih favoritku. Aku yang suruh dia pakai itu, soalnya aku suka lihat dia pakai itu. Dan dia juga selalu setuju sama permintaanku. Terus pakai rok mini yang kalau aku bilang pendek banget dan merangsang. Sekitar 15-20 cm lah dari lutut. Sepanjang perjalanan dia duduk di sebelahku dan pahanya terlihat hampir sampai ke pangkalnya. Dalam hatiku, gila juga nih si Lia. Sepulangnya nonton kira-kira jam tujuhan, aku ajak dia ke rumahku seperti biasanya aku sama dia ngobrol-ngobrol dulu. Dia sudah sering ke rumahku dan masuk kamarku. Jadi dia maulah.

Kebetulan rumahku lagi kosong. Orang tuaku sedang ke Surabaya, menghadiri kondangan orang nikahan. Dan aku anak tunggal. Cuma tinggal pembantu saja. Aku ajak dia masuk kamarku dan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-canda. Terus aku ke WC sebentar buat pipis. Waktu pipis, aku membayangkan juga itu body Lia yang aduhai. Terus aku masuk kamarku lagi. Begitu kubuka pintu, kulihat Lia lagi di depan meja belajarku sambil nungging melihat buku-buku kuliahku. Kelihatan dong pahanya yang putih mulus itu dan sedikit CD-nya. Aku sudah nggak tahan lagi nih. Lalu kudekati dia dan kupeluk dari belakang. Si Lia kaget dan berbalik badan tapi nggak melawan, cuma sedikit berusaha menghindar. "Kenapa kamu Gus", katanya. Terus kulumat saja bibir mungilnya, dan kupepetkan dia ke dinding kamarku. Dia juga membalas ciumanku dan kukulum lidahnya sambil kuremas-remas payudaranya. Si Lia mendesah kecil. Makin lama aku semakin gila. Aku mulai turun ke bawah pahanya. Rok mininya aku turunkan sampai ke lantai sehingga dia cuma pakai CD dan baju ketat. Ternyata nggak cuma pakaian luarnya yang bikin nafsu, dia pakai CD yang bertali di bagian pinggangnya, jadi bisa di copot sebelah doang. Aku cium pahanya sambil mulai menarik tali CD sebelah kirinya. Kelihatan bulu kemaluannya yang halus terawat dan vaginanya yang berwarna merah muda. Desahan Lia semakin keras terdengar. Kumainkan kelentitnya dengan tanganku. "Ahh.. Ahh.. Gus.." vaginanya makin basah. Lalu aku jilati vaginanya dan si Lia semakin meronta-ronta kegelian. Sambil menjilati vaginanya kucopoti celana jeans-ku dan sekaligus CD-ku. Keluarlah penisku yang sudah tegang sekali. Lalu aku berdiri, aku angkat kaki kanan Lia, yang masih menempel CD-nya, setinggi pinggulku dan mulai mengarahkan penisku memasuki vaginanya.

Si Lia mendorong pinggulku. "Jangan Gus, aku kan masih perawan, nggak mau dimasukin.." Terus aku bilang bagaimana kalau cuma pura-pura doang seperti film-film Hollywood, si Lia senyum centil tanda setuju. Aku teruskan gerakanku tadi. Terus aku gesek-gesekan senjataku ke bagian luar kewanitaannya seperti wanita sedang masturbasi. "Ahh.. ahh.. terus Gus", si Lia juga ikut bergoyang keenakan. Lama-kelamaan tangan Lia mulai memegang-megang penisku, lalu tanpa kusadari dia mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Rupanya si Lia sudah terangsang banget dan nggak mau peduli lagi. Blesh.. penisku mulai masuk ke vaginanya. "Ahh.. sakit Gus", kata Lia. Seret banget dan sempit, walaupun ukuran penisku nggak gede-gede amat. Akhirnya masuk juga semuanya dan aku teruskan goyanganku. Enak banget rasanya, baru kali ini aku merasakan vagina perempuan. Biasanya aku merasakan gulingku. Mungkin karena baru pertama kali senggama, nggak lama, aku merasa sudah mau keluar.

Lalu croot.. croot.. spermaku keluar di dalam. Si Lia nampaknya belum orgasme. Sambil terus berpelukan aku tengok ke kiriku ada cermin dan kulihat posisiku dengan Lia horny banget. Seperti lagi nonton BF. Penisku yang sempat lemas berdiri lagi. Kucium dia sambil kugendong dan aku rebahin ke ranjangku. Kaos putihnya kulepaskan, begitu juga BH-nya. Benar dugaanku, payudaranya nggak begitu besar tapi putih kencang. Cukuplah besarnya. Lia sudah telanjang bulat, cuma sisa CD-nya yang masih menempel di kaki kanannya. Aku hisap sebelah putingnya. Lia pun mulai menggeliat lagi. Puting yang satu lagi aku mainkan sama tanganku. Terus aku merasa penisku sudah keras sekali dan aku kangkangi kakinya dan aku masukan saja lagi ke vaginanya. "Ngehh.. ah..", si Lia mendesah keras. Kali ini nggak seseret yang pertama tadi. Aku maju mundurkan penisku dan Lia mengikuti goyanganku. Aduh.. gila nggak menyangka kalau vaginanya perempuan seenak ini. Sambil kucium bibirnya kumainkan payudaranya dengan tanganku. Enggak lama kemudian vaginanya terasa menyempit tiba-tiba seperti memijat penisku dan badannya menegang. Si Lia pun berteriak "Ahh..", aku nggak tahan penisku dipijat sama vaginanya lalu aku keluar juga. Dan aku pun berbaring di sebelahnya sambil mengusap-usap rambutnya. Terus aku antarkan pulang. Selama perjalanan kita berbicara tentang tadi. Ternyata dia suka sama perlakuanku. Katanya nikmat, dan untuk lain kali aku minta dia pakai baju yang seksi-seksi dan dia cuma senyum-senyum kecil malu-malu.

Aku sama Lia makin sering begituan. Untuk yang kedua kali dan seterusnya aku pakai kondom, soalnya aku takut dia hamil. Semuanya kulakukan di rumahku karena rumahku sering kosong. Teknikku pun semakin jago. Terakhir aku bisa bikin dia orgasme 4 kali dalam sekali begituan. Waktu itu dia pakai stocking kaya film-film BF. Horny banget nggak sih. Tapi dia nggak jadi pacarku dan masih berstatus teman baik. Aku nggak tahu apakah aku sama dia masih mau meneruskan setelah kita masing-masing sudah punya suami dan istri. Yang penting sekarang dulu lah, yang itu belakangan.

TAMAT

Menikmati Malam indah

Saya ingin membagikan pengalaman saya dengan seorang temankost saya.Namanya Yeni.Rumah kost kami berdekatan, ada 3 rumah dalam satu kompleks, tapi kami berbeda tempat. Aku dirumah pertama dan dia di rumah ke tiga. Dia seorang mahasiswi yang juga kebetulan satu tempat kerja dengan ku(sbg sales).Jadi memang kami berdua sudah sering bersama sama saat menawarkan barang jualan kami.

Suatu waktu aku mendapat undangan dari seorang teman untuk ngumpul dirumahnya (karena kata temanku dia ada sedikit berkat).Akupun mengajak Yeni untuk ikut pada malam itu, dan dianya mau.Tapi karena tempatnya agak diluar kota, dan mengingat nantinya kesulitan transportasi untuk kembali, maka aku meminjam mobil temanku, dan jadilah malam itu kami berdua keluar, walaupun saat itu cuaca tidak kelihatan ada bintangnya, yang tentu saja nantinya akan ada hujan. Dan ternyata di rumah temanku itu sudah berkumpul temannya yang lain untuk makan makan bersama.Dan karena keasyikan mengobrol satu sama lain, aku dan Yeni baru permisi mau pulang sudah sekitar jam 11 malam, dengan cuaca yang sudah hujan sebelumnya.

Di dalam mobil, walau diluar hujan gerimis, aku masih saja menyetel AC mobil sehingga aku dan Yeni agak kedinginan juga. Dan di dalam mobil kami bercerita tentang pertemuan tadi sampai ke humor, yang sesekali mengundang tawa kami berdua. Ketika sudah mulai memasuki kota, kutanya dia:
"Yen..kita mau langsung pulang apa jalan jalan dulu.."
Dia cuma nyahut "..Ahh.." sambil posisi duduknya di putar menghadapku.
"Kok cuma begitu jawabannya Yen.." Kataku sambil melingkarkan tangan kiriku yang bebas ke lehernya.
"Terserah kamu deh kita mau ke mana aku ikut saja.."katanya sambil menyandarkan kepalanya padaku, dan mendaratkan ciumannya padaku.
Wah mendapat perlakuan begitu, darahku langsung mulai mendidih rasanya, sehingga kuhentikan sejenak mobil ditepi jalan, dan akupun membalas ciumannya.
"Yen kita habiskan dulu malam ini di luar, supaya saya dengan kamu, juga si kecilmu (sambil tanganku melekat di daerah vaginanya) dan sikecilku juga pacaran (sambil aku meraih tangannya melekat di daerah penisku yang mulaitegang).."
"Ah..nakalnya.." katanya dengan sedikit tertawa.
"Mau ngga? " Tanyaku.

Dia cuma mengisyaratkan dengan kerlingan matanya. Maka mobilpun kujalankan kembali dan kami menuju ke suatu hotel yang agak diluar kota. Begitu sampai didepan pintu kamar hotel itu, aku membuka pintunya dan Yeni langsung merebahkan tubuhnya diranjang, sambil menikmati fasilitas yang ada di hotel itu. Aku juga setelah mengunci pintu kembali langsung merebahkan tubuh di sebelahnya. Selanjutnya aku memiringkan badan memandangnya yang kelihatan cukup cantik dan menggairahkan juga. Menyadari bahwa aku memperhatikannya dia berkata:
"Malam ini dingin sekali ya.. bagaimana kalau kita bikin yang hangat hangat.. "
Kujawab ".. yang hangat yang mana, apa kopi, atau susu atau .. "

Belum sempat kulanjutkan dia sudah melabuhkan ciumannya di bibirku. Mendapat serangan seperti itu jelas saja aku langsung menyambutnya. Kamipun berciuman diatas ranjang itu. Dan saling memasukkan lidah ke mulut masing masing. Selanjutnya dia kini sudah berada di atasku sambil kami masih terus berciuman. Cukup lama juga kami berciuman dan bergulingan di atas ranjang yang empuk itu, sampai suatu saat kami saling melepaskan pelukan kami.
"Aku ingin sekali menikmati malam ini bersamamu " katanya.
"Yah.. mari kita nikmati saja apa yang terjadi disini sekarang.." balasku
"Nah, lakukanlah sekarang.."
"Apa yang harus kulakukan?" Pancingku
"Beri aku kehangatan malam ini. Aku butuh sekali kehangatanmu.., Dingin nih.." katanya.
"Yah, bila itu yang kau inginkan aku akan memberimu kehangatan.." jawabku.

Kini dia mulai "nakal" dengan menciumiku tidak saja di bibirku, tapi mulai kebawah ke leherku, kedadaku. Selanjutnya dia berhenti sejenak dan mulai membuka seluruh pakaiannya dan membuang begitu saja ke lantai sementara akupun membuka seluruh pakaianku dan menyerahkan padanya untuk diletakkan dilantai. Kini kami berdua sudah dalam keadaan telanjang bulat.

Selanjutnya posisi kami berubah, kini dia sudah ada dibawahku dan akupun mulai menjelajahi tubuhnya yang putih mulus itu. Aku mulai dengan menjilati payudaranya yang menggemaskan itu yang agak membusung dan lembut sambil sedikit menekan nekan.
"Ooouuhh.."desahnya.
"Kenapa?" tanyaku
"Geli ah.."
"Tapi kan enak.."
"Ah, kamu bisa saja.."
Kembali ku hisap-hisap puting susunya sambil menggigit-gigit kecil membuat dia menggeliat geliat.Tapi itu tak kuhiraukan karena lidah dan bibirku mulai kualihkan kedaerah lain ke perutnya dan mulai mengarah kedaerah vaginanya.Sejenak kulihat dua bukit kecil yang disekitarnya ditumbuhi rerumputan tipis.

"Lex..apa yang kau lihat.." ujarnya sambil sedikit senyum.
"Ini nih.."Jawabku.
"Jangan kamu lama-lama melihatnya.."
"Memangnya kenapa.."?
"Nanti kamu tambah nafsu lagi.."
Akupun melanjutkan kegiatanku lagi. Tanganku mengusap rerumputan itu, lalu kugoda vaginanya dengan lidahku yang menari-nari disekitar vaginanya, sehingga dia menggeliat geliat seperti cacing kepanasan. Rupanya tidak tahan dengan perlakuanku itu, tangannyapun mulai 'Nakal' dengan mengelus-elus dan menggosok gosokkan penisku. Sementara akupun tetap saja mempermainkan vaginanya dengan memasukkan lidahku kedalam dan semakin kedalam dan mempermainkannya dengan lidahku. Terasa olehku vaginanya sudah mulai basah oleh suatu cairan.

Setelah lama mempermainkan vaginanya, akupun berhenti sejenak.
"Lex..kamu pintar sekali mempermainkannya.."katanya.
Seperti tak tahu maksudnya kutanya:
"Mempermainkan apa sih..?"
Dia menjawab "Ah.."
Kutanya: "Memangnya kenapa..?"
"Ngga apa apa, enak kok..Bagaimna kalau kita menikmati lagi malam ini..?"
Diapun segera mengambil posisi di atasku dan menciumiku. Puas dengan bibirku diapun mulai menggerayangi perutku dan akhirnya sampai di daerah penisku. Penisku kemudian diusapnya sedikit lalu mulailah dia menjilati dan mengulum penisku yang sudah menegang dan membesar itu, hingga membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa juga.

Setelah agak lama, dia kemudian berhenti dan menatapku
"Lex.." Katanya dengan setengah berbisik disertai desahannya.
"Kenapa, capek ya.." Kataku menggodanya.
"Aku ngga tahan lagi nih.."
"Ngga tahan apanya.." godaku lagi sambil memeluknya erat.
Diapun kembali menjilati dan sedikit mengulum penisku, kemudian berpindah ke bibirku lalu berkata:
"Cepatlah.."
Aku yang memang juga sudah kepingin sekali, dan mengerti maksudnya, segera mengubah posisi kami. Kini dia terlentang menantang diatas ranjang dengan segala keindahan tubuhnya yang begitu mempesona. Kini pemandangan indah itu ada di hadapanku dan kamipun saling memandang. Dan dengan sedikit senyumnya, dia bilang:
"Ayolah.."
Maka tangankupun memandu penisku mendekat ke lubang vaginanya untuk bisa masuk ke dalamnya. Yenipun menyambutnya dengan juga membantu memasukkan penisku ke vagianya sambil pantatnya digerak-gerakkan agar penisku dengan mudah bisa masuk ke vaginanya. Dan setelah masuk, kulihat dia memejamkan matanya sambil menggigit-gigit bibirnya sendiri.

Sambil penisku bermain-main dalam vaginanya, akupun mendekapnya erat erat. Setelah lama penisku bermain-main dalam vaginanya, maka suatu saat aku merasakan ketegangan yang luar biasa dari dalamku. Tidak tahunya saat itu juga meluncurlah tumpahan spermaku ke dalam vaginanya, sambil diapun memelukku erat-erat.Rupanya dia juga merasakan kepuasan yang sama saat itu. Setelah penisku kukeluarkan dia menyambutnya dengan menjilati sisa-sisa sperma di penisku. Dia kemudian mengambil handuk yang memang sudah di sediakan dan mengusap keringat di tubuhnya dan tubuhku.

"Bagaimana perasaanmu sayang..?"Tanyaku.
"Eh, senang dan enak doong.."
Kamipun kembali berpelukan dengan masih tetap bertelanjang bulat di ranjang itu sambil beristirahat di ranjang. Malam itu kami melakukannya sampai empat kali. Dan saat terakhir kami melakukannya kulihat jam tanganku sudah menunjukkan jam lima pagi, tapi kami masih melakukannya sehingga kami baru benar-benar tidur jam 7 pagi dengan tetap bertelanjang bulat dan saling berpelukan.

Kami terbangun sudah jam 2 siang. Dan sebelum kembali ke tempat kost kami, kami masih menyempatkan melakukan sekali lagi di lantai (yang beralas karpet), sebelum kami mandi bersama dan pulang.

Tamat

Birahi Donna Yang Seksi

Nama gue Rio, saat ini umur gue 37 tahun, status kawin dengan dua anak. Gue pengen berbagi pengalaman waktu gue ketemu temen-temen lama gue.

*****

Tahun 1986 gue mulai masuk kuliah di salah satu universitas negeri di Depok. Sebelumnya, tahun 1984 gue pernah kuliah di Bandung, tapi berhubung ada masalah yang nggak bisa diselesaikan, akhirnya gue mutusin pindah ke Jakarta. Sebagai mahasiswa baru mau nggak mau harus diplonco lagi, tapi enak juga jadinya banyak kenal temen baru. Diantaranya yang paling dekat ada 4 orang yang semuanya wanita. Hehehe memang itu yang dicari.

Sebut saja namanya Sita, Via, Ranti dan Donna. Sita orangnya putih, tingginya 168, cantik sekali, orang Solo asli, kata orang-orang sih darahnya biru tapi paling marah kalau disinggung kebiruannya, sayangnya sudah punya cowok pada saat itu. Yang kedua Via, juga putih, tinggi 165, anaknya manis dengan lesung pipit, sunda tapi dari kecil sudah di Jakarta, belum pernah pacaran. Kalau Ranti cantik tapi tidak terlalu putih, tingginya se Via, aslinya dari Padang juga dari kecil sudah di Jakarta, status single. Yang terakhir Donna, diantara semua paling mungil, tingginya 160, putih banget maklum binyo asli (menado). Saking putihnya kalau minum kopi keliatan ditenggorokannya, hehe. Cantik, mata sipit katanya sih masih ada turunan cinanya, sudah punya pacar tapi waktu dia pindah ke Jakarta jadinya putus.

Sebagai mahasiswa baru kita selalu barengan, kuliah, ke kantin, belajar sampe kostnya juga barengan. Tapi berhubung saat itu gue masih polos banget, jadi nggak pernah kepikiran berbuat hal yang diinginkan. Paling-paling kalau lagi belajar bareng pegang-pegang sambil becanda. Itu berlangsung terus sampe tingkat tiga.

Tahun ke empat, akhirnya gue pacaran sama Donna, tapi kita tetep berteman. Setahun kemudian gue ngelanjutin ke Amerika, pertamanya sih hubungan masih lancar sama semua, tapi karena gue sibuk banget akhirnya gue putus hubungan, termasuk sama Donna yang nggak tahan berhubungan jarak jauh.

Suatu hari bulan Juni 2004, di Pondok Indah Mall,

"Rio?" ada suara merdu manggil nama gue dari samping.
"Ranti? Apa kabar.. Makin seksi aja lu, sama siapa kesini?"
"Gue sendirian, gile jadi gempal gitu lu, kapan lu balik? Koq nggak pernah kasih kabar sih?" Gue lagi kuliah memang ceking, tapi manis he.. He.
"Gue balik tahun 95, gue diterima kerja di Surabaya, terus ke Balikpapan, pindah ke Pekan Baru, terahir di Batam, baru tahun lalu gue pindah Jakarta. sudah kawin lu.."
"Ya sudah dong, anak gue dua. Lu sudah kawin sama masih ngecer.."
"Sialan lu, anak gue juga dua. Eh gimana kabarnya yang lain"
"Yang lain apa Donna.."
"Ya semuanya dong"
"Kalau Sita anaknya juga dua, sekarang tinggal di Bandung dia kerja di bank N. Via di Jakarta, paling rajin bikin anak, anaknya tiga, Donna juga di Jakarta, kerjanya juga di bank C, anaknya baru satu, lu telepon gih siapa atau dia mau nambah anak dari lu, he.. He.."
"Gue sih mau aja he.. He.. Eh bagi telepon lu dong sama yang lainnya sekalian"

Setelah tukeran kartu nama dan nomer telepon dan berhahahehe akhirnya kita berpisah dengan janji akan telepon-teleponan.

Besoknya, jam 9 pagi, direct line gue bunyi.

"Hallo, bisa bicara dengan Pak Rio?" suara wanita.
"Ya saya sendiri".
"Begini Pak, saya dari PT. X mau menawarkan produk kami, bisa mengganggu waktu bapak sebentar?"
"Ya nggak apa-apa"
"Ini Pak, produk kita ini dari Amerika, bagus banget cocok sekali buat bapak"
"Produk apa sih?"
"Penis Enlargement Pak" Pasti becanda nih cewek.
"Ini siapa sih?"
"Ha.. Ha.. Ha masak lupa sih"
"Kamu salah satu koleksi saya bukan?"
"Sialan, gue Donna sayang.."
"Hai honey.. Apa kabar cintaku.."
"Baik, gue kesitu yah, kangen nih.."
"Eh.. Masih jam kerja nih, pulang kerja aja yah, lu pulang sama siapa?"
"Sendiri, gue naik taksi"
"Ya sudah ntar pulangnya gue samper, lu di Bapindo plaza kan?"
"Betul sodara.. Jam lima ya, kalau lu sudah nyampe telepon gue. Sampe nanti yah, bye..".

Jam 5.40 gue baru nyampe di Lobby kantornya, macet banget.

"Gue sudah di lobby nih"
"Gila lu, gue sudah bengong dari tadi nih"

Begitu ketemu dia langsung maen gabruk aja, untungnya nggak ada orang kecuali dua satpam yang cengar cengir ngeliatin. Komentarnya pertama kali sama sama komentar Ranti, gue dibilang gempal.

Setelah telepon suaminya bahwa dia harus ketemu client dulu, sore itu kita ke daerah Kemang, ke sebuah restoran Chinese yang lumayan sepi dan temaram. Kita ngobrol kesana kemari, tapi gue belum berani berbuat sesuatu, paling cumin pegang tangannya. Lumayan lama juga kita disitu, sekitar jam 8 kita baru keluar dari situ. Gue anter dia sampai rumahnya di daerah Cinere, sebelum turun dia cium bibir gue, gila nekat juga nih anak.

Hari Sabtu pagi, sehabis nganter istri sama anak-anak gue ke Gambir, iseng-iseng gue telepon Donna.

"Hai.. Lagi ngapain?"
"Gak ngapa-ngapain, tumben sabtu telepon"
"Iya nih gue lagi jadi bujangan, istri gue sama anak-anak lagi pada ke Bandung, nengokin nyokapnya lagi sakit"
"Sama dong.. Suami gue juga lagi ke Medan, ketemuan yuk"
"Ya sudah, jam sepuluh gue samper ke rumah"
"Jangan ke rumah, ketemu di Cinere mall aja, gue tunggu di toko buku Kharisma"
"Oke, lu pake rok yang pendek yah"
"Mo ngapain?"
"Sudah.. Nurut aja"

Begitu liat mobil gue Donna langsung nyamperin.

"Mau kemana sih say?"
"Atau, kita jalan dulu aja"
"Terus ngapain gue disuruh pake rok pendek gini?"
"Biar gue bisa gini.." sambil gue elus-elus pahanya. Halus banget..
"Ih.. Nakal ya" tapi dianya nggak nyegah.

Untungnya kaca mobil gue lumayan gelap, jadi nggak ada yang lihat. Sambil ngobrol sepanjang jalan tangan gue menjalar sepanjang pahanya sampe mendekati CDnya. Dianya sendiri sudah nggak konsentrasi sama omongannya. Begitu gue elus permukaan CDnya, Donna langsung mendesah,

"Say.. Gue jadi pengen nih.."
"Kita ke apartemen gue aja yah"

Gue kebetulan punya apartemen di daerah Kuningan, rencananya mau disewain, tapi sampai sekarang masih belum laku. Gue langsung ngebut ke sana, sampai-sampai mau nabrak. Sudah diujung soalnya..

Untungnya dari parkiran di basement bisa langsung ke kamar, jadi nggak ketemu orang di lobby. Begitu masuk ke dalam, dia langsung mencium gue, sambil bukain kaos gue. Dalam hitungan detik kita berdua hanya tinggal bercelana dalam. Sengaja gue CDnya nggak gue buka dulu biar ritualnya lebih lamaan. Gue rebahin dia di sofa pelan-pelan ciuman gue mulai turun ke teteknya.

"Ah.. Enak banget say.. Isep putingnya dong.."

Gue nggak turutin, gue malah berdiri mandangin badannya. Masih seperti dulu, pentilnya masih coklat muda, perutnya masih rata, sekarang malah lebih seksi. Waktu pacaran dulu gue baru sampai tahapan nyium tetek, nggak punya keberanian berbuat yang lebih enak. Takut kejadian.

"Ayo dong say.. Terusin.."

Kali ini gue langsung isep putingnya,

"Ah.. Enak banget.. Gigit dong sayang.. Remes yang kencang.."

Dari tetek gue turun ke perutnya. Wuih licin banget.. Laler juga pasti kepeleset, he.. He.. Pusernya gue ciumin, Donna langsung menggeliat kegelian "Geli banget say.." Sengaja gue lewatin daerah kewanitaannya, langsung gue ciumin pahanya turun terus kebetis.

"Ah.. Ayo dong buka CD gue.. sudah nggak tahan nih.."

Nggak sabar ditarik kepala gue kearah memeknya. Pelan-pelan gue buka G-stringnya sambil gue ciumin paha dekat memeknya. Memeknya bagus banget, dengan bulu yang tidak terlalu lebat, belahannya terlihat masih berwarna pink, sama sekali nggak ada warna gelapnya.

Begitu klitnya gue jilat, "Ah.." Donna langsung teriak.
"Masukin jarinya dong sah.. Ah.. Enak banget.. Kamu apain sih.. Enak banget say.."

Dua menit kemudian kepala gue dikempit pahanya, sampai gue nggak bisa nafas.

"Ah.. Gue keluar sayang.. Ah.. Ah.. Ah.."

Gila, banyak banget cairan yang keluar. Gue sedot terus clitnya, gue gigit pelan-pelan, sambil jari gue ngubek-ngubek daerah Gspotnya. Semenit kemudian "Ah.. Gue keluar lagi.. Aduh.. Enak banget.."

Donna langsung tergeletak lemas, gue belai rambutya sambil gue cium pipinya, "Coba dari dulu kita gini" kata gue.
"He.. He.. Kamu waktu itu kan culun banget, cium tetek aja sambil gemeteran".
"Gantian sekarang kamu yang tiduran".

Begitu gue tiduran, langsung CD gue diperosotin.

"Gede banget say..".

Bibirnya yang mungil langsung mengulum kontol gue. Walaupun nggak bisa masuk seluruhnya, tapi sedotannya enak banget. Kata siapa kalau bibir tipis sedotannya nggak enak, ternyata salah besar. Gue inget kalau ponsel gue ada videocamnya,

"Say gue filmin yah.." Donna ngangguk.

Sambil gue shoot jari gue masuk ke memeknya "Ah.." Donna langsung teriak.

Ekspresi Donna yang ketangkap kamera bener-benar seksi. Lima menit Donna blow job gue, akhirnya dia nggak tahan, dia langsung duduk diatas kontol gue. Pelan-pelan diarahin kontol gue ke liangnya. Walaupun sudah basah, masuknya susah banget, sempit.

"Ah.. Lu kayak masih perawan aja Don..".
"Kontol lu kayanya yang kegedean..".

Akhir masuk juga, "Ah.. Penuh banget memek gue say.. Enak banget.. Akhirnya kita ngentot juga.. Kontol lu enak banget.. atau gitu dari dulu.. Teken terus say.. sampai mentok.. Ah.. Ngentotin terus.. Ah.. Goyangin yang kenceng.. Lebih kenceng lagi.. Yah gitu.. Ah.."

Rame banget.. Kayanya Donna seneng ngomong vulgar kalau lagi berhubungan. Gue terus filmin semua gerakan Donna. Kemudian dengan tanpa melepas, Donna balik arah. Sekarang posisinya munggungin gue. Asik juga ngeliatin pantatnya naik turun. Waktu naik kontol gue seperti tersedot keatas. Ahirnya beberapa saat kemudian.

"Gue mau nyampe.. Goyangin yang keras say.. Ah.. Ah.. Gue keluar.. Gila kontol lu enak banget.. Ah.."

Memeknya berdenyut kencang, kontol gue serasa disedot, gue jadi nggak tahan, langsung gue suruh nungging, gue masukin dari belakang. Ugh sempit banget.. nggak tahan gue "Gue juga keluar say.. Ah.."

Akhirnya kita ketiduran di sofa sambil berpelukan. Sampai sore kita ngelakuin beberapa kali lagi, segala macam posisi yang ada kita coba, sampai memori telepon gue penuh.

Minggu pagi HP gue bunyi, Donna.

"Pasti lagi bengong"
"Koq atau?"
"Soalnya telepon gue langsung diangkat, kesini dong.."
"Memang laki lu belum pulang?"
"Belum, selasa kali, itu juga kalau kerjaannya beres"
"Lagi ngerjain cewek medan kali.. He.. He.."
"Sialan lu.., gue tungguin ditempat kemarin yah.."
"Oke"

45 menit kemudian.

"Lama banget sih.."
"Macet say"

Pagi itu Donna pake rok mini dengan kaos tanpa lengan, seksi banget.

"Kemana kita?"
"Disini aja, gue pengen ML di mobil"
"Ah gila lu, banyak orang lagi"

Donna nggak peduli, dia langsung nunduk membuka resleting celana gue, kontol gue langsung dikeluarin, di kocok-kocok terus dijilatin. Untungnya gue parker agak mojok. Jadi ada mobil di bagian depan. Sambil ngisep, Donna nyopotin celana dalam sama behanya.

"Pindah ke belakang yuk" ajak gue.

Soalnya kalau didepan keliatan banget dari luar. Dibelakang, joknya langsung gue rebahin. Donna melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Kayanya sih dia belum puas dengan yang kemarin, atau memang maniak.

"Gila sedotan kamu enak banget.. Kontol gue kaya disedot vacuum cleaner ah.."
"He.. He.. He.. Emangnya pernah?"

Nggak tahan gue angkat kaosnya ke atas, gue remes teteknya, gue mainin niplenya.

"Ah.. Yang kenceng say..".

Lima menit saling kulum, saling remas, akhirnya Donna nggak tahan juga. Sambil berpegangan ke jok depan, perlahan-lahan Donna menurunkan pantatnya sambil ngarahin kontol gue ke lobang memeknya.

"Aduh.. Enak banget yo.. Sodokin yang kenceng say.. Ah.."

Gue ciumin punggungnya sambil gue remes teteknya dari belakang. Sambil melihat situasi sekeliling gue genjot terus Donna. Lima menit kemudian, "Say gue mau keluar.. Ah.. Teken say.. Gue keluar.." goyangan Donna benar-benar gila. sampai-sampai kontol gue serasa dipelintir-pelintir.

Donna langsung berbalik, tanpa menunggu lagi dia langsung bergoyang lagi, lebih gila. Kaosnya diangkat keatas, "Isep say.. Gigit putingnya.. Ah.. Enak say.."

Nggak sampai dua menit kontol gua sudah berdenyut.

"Gue mau keluar say.."
"Gue juga, barengan ya say.. Ah.."
"Ah.."

Ternyata ML sambil deg-degan takut dipergokin, enak banget.

Beberapa kali sesudah itu kita mengulangi lagi di beberapa tempat parkir, di tol sambil nyetir, di motel, yang paling gila dirumahnya sewaktu suaminya keluar kota sementara anaknya main diluar.

Tiga minggu kemudian Ranti telepon gue, "Gila lu ya.."
"Apaan.."
"Gue sama via sudah lihat film lu sama Donna"

Terus..?


Tamat

Welcome In Blogging Is My Life

Contoh Sliding Login Dengan JQuery

Disamping ini adalah contoh Sliding Login menggunakan JQuery. Login Form Disamping hanya Contoh dan tidak dapat digunakan layaknya Login Form FB, Karena Blog ini terbuka untuk umum tanpa perlu mendaftar menjadi Member

Tutorial Blog

Untuk membuatnya Silahkan : Klik Disini

Member Login

Lost your password?

Not a member yet? Sign Up!